"Tulisan sangat mempengaruhi taraf pemikiran. Ibarat menulis gosip politik kini, tidak ubahnya adalah penikmat acara Sinetron yang tau Stasiun Televisi, Pemain, serta Rumah Produksinya yang beruntung.
 Jika dihadapakan baik penonton sinetron maupun pembaca gosip politik, mereka tidak memiliki dampak positif sedikitpun untuk dirinya sendiri. Saya tidak mengecam berbagai literasi tentang desus politik, apalagi dengan sinetron berkualitas rendah yang masih tayang kini, Terserah!
Namun tidak-kah itu baik dari sinetron maupun gosip politik sendiri mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat heboh lalu bisa medulang kapital? Tentu mereka ingin eksis dan terus di ikuti supaya kedigdayaan mereka tidak luntur. Mungkin menguasai kedunguan masyarakat merupakan tujuan mereka, supaya tetap, masyarakat sebagai delik untuk mempertahankan kepentingan mereka.
Politikus ingin terkenal dengan berbagai gosip citra baik mereka. Begitu juga sinetron yang masih ingin terus ditonton supaya sponsor masuk. Untuk negri yang masih menyukai
sinetron cinta dan harta sebagai hiburan utamanya memang, gosip dari segala gosip sangat menarik termasuk gosip politik. Ditambah gosip politik merupakan gosip yang paling dicari akhir-akhir ini menjelang pemilu baik pilpres maupun pileg.
Gosip dalam dunia politik-pun sudah lama terjadi, apalagi gosip-gosip selebritis, sudah menjadi makanan utama publik yang dicari dalam ruang Televisi masa kini. Dampak dari sebuah gosip juga tidak hanya berimbas pada ruang privat tetapi berdampak pada ruang publik juga.
Kita tahu bagaimana ruang privat diacak-acak untuk dicari kebenarannya melewati gosip? Jika gosip itu buruk, stigmatisasi akan hadir pada ruang privat yang tidak dikehendaki. Untuk itu, sebagai digosipkan praktis berarti disaat yang sama juga sebagai korban.
Sejarah kekejaman politik
![Ilustrasi diambil dari antaranews.com/ Musium G 30 S](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/11/20170925antarafoto-peningkatan-pengunjung-monumen-pancasila-sakti-240917-ris-5caf252dcc5283642f0b2a63.jpg?t=o&v=770)
Adalah satu dari ketiga golongan kekuatan politik pada masa itu menjadi pemenang dan berhasil mengambil kekuasaan. Dalam politik sendiri, kekuatan yang terencana dan kuat akan keluar sebagai pemenang. Tetapi dalam politik, faktor koalisi menghimpun masa merupakan hal krusial, itulah yang dilakukan dari tiga kekuatan golongan politik. Gabungan masa adalah senjata ampuh merongrong kekuasaan politik juga membasmi lawan-lawan politik.
Tentu akan menjadi pertanyaan pada lintas generasi selanjutnya. Jika politik harus dengan keadaan frontal untuk berkuasa; mengapa kekuatan politik mampu secara bengis dan kejam terhadap kemanusiaan? Dalam politik ada ideologi, dalam ideologi terkandung kepercayaan. Lemahnya manusia ketika tidak menggunakan nalarnya, asal percaya, lalu mereka sebagai pengikut tanpa menimbang kembali. Perkara baik dan buruk, mereka hanya percaya yang dipercayai adalah benar menurut persepsinya sendiri berdasarkan kelompoknya.