Kita bisa menilai bagaimana ketika sesuatu itu; baik jasa atau barang berlebih akan menurunkan harga? Inilah pasar Kapitalisme itu dengan berbagai tawaran yang ditawarkan. Tetapi saya tidak boleh tidak setuju dengan cara lama dalam kehidupan ini.
Hanya saja saya tidak mau frontal pada keabsrudan siapa melawan siapa. Pada dasarnya Manusia harus mampu hidup bersama sistem, apapun itu. Hanya seorang pembenci total yang setiap hari hidupnya hanya melawan apa yang dibencinya.
Prinsip saya dalam memegang kehidupan ini hanyalah "menihilkan". Saya tidak mau muluk-muluk menjadi "pahlawan" bagi siapa. Disisi lain menjadi "nereka" bagi mereka yang terpinggirkan pada akhirnya. Ada yang nikmat dari hidup tanpa konflik kepentingan yang lahir dalam diri. Bisa dikatakan saya ingin merdeka dari dalam karantina tubuh saya sendiri.
Tentu "merdeka" dari segala macam opini-opini seseorang tentang saya. Baik sosok besar berpengaruh atau tukang rongsok disudut Kota sana. Bagi saya semua sama saja, hanya bagaimana kualitas seorang memperlakukan hidupnya? bahkan mengenali dirinya sendiri lebih baik lagi?
Saya kira semua tidak lebih baik dari setiap apa saja yang menjadi kepentingannya. "Manusia akan tetap menjadi Manusia"
Setiap orang punya kepentingan, tidak terkecuali para Pengemis diluar sana yang mengemis untuk menjadi kaya. Dunia adalah belantaranya orang bebas menjadi, "semua tergantung bagaimana daya berpikirnya bicara bermoral atau tidak bermoral". Tentu saya kira itu hanyalah pesan subyektivitas dari Manusia itu sendiri.
Misalnya seorang Politikus tidak mendapat bagian kekuasaan, tentu meninggalkan tanpa dosa Partai Politiknya bukanlah soal. Untuk mencari kepetingannya berkuasa membangun Partai Politik sendiri atau menyebrang ke Partai Politik lain adalah sah. Perkara bermoral atau tidak bermoral, "itulah sifat manusia bersama kepentingan hidupnya".
Bicara sebagai "manusia, kenikmatan adalah bagaimana tajamnya pikiran mengamati yang tidak disadari banyak orang. Selama berpikir tidak dilarang, mungkin Saya memastikan tidak ada yang perlu dipertentangkan dalam bait-bait wacana kehidupan ini.
Berbeda ketika kita mengamati dengan berpikir, mencoba membuat tulisan, mengkritik segalanya itu dilarang. Mungkin saya akan menjadi frontal pada akhirnya. Dalam hal ini saya tidak membela siapapun, saya hanya membela diri dan berbagai kenikmatan dan kebebasan hidup yang ditawarkan.
Bagi saya tidak ada ruang yang terbuka untuk meberdel diri satu Manusia-pun yang hidup. Meskipun dihadapkan pada bagaimana kuatnya otoritas itu bercokol atas nama kuasa tetapi tetap; "tidak pernah ada yang rela kehidupannya tersandra di tanahnya sendiri".
Dalam hal ini tanah adalah tubuh manusia itu sendiri yang menjadi beban bagi jiwanya. Maka dari itu, upaya untuk kebebasan diri sangatlah patut untuk diperjuangkan. Jika ia sebagai yang tertindas, dan tidak bebas meperlakukan hidupnya sebaik rasa dan rasionalnya. Tentu menjadi frontal merupakan kebutuhan dasar Manusia.