Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mental Bertanggung Jawab pada Kehidupan

25 Maret 2019   21:23 Diperbarui: 28 Maret 2019   16:47 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terjebak, mungkin-kah semua manusia merasakannya? Dalam arti sebenarnya perubahan mungkin adalah sesuatu yang pasti. Musim berganti setiap tahun; ada pula ungkapan hidup tidak selalu dibawah, ada saat kita akan ke atas sana. Untuk itu perkara sebenarnya kehidupan adalah masalah waktu.

Pertanyaan seperti ingin dibalikan saja; bagaimana siasat terbaik dalam mengikuti perubahan? Mungkinkah perubahan pada makro kosmos sama seperti mikro kosmos? Dalam lamunan ini, bukankah tata sistem yang sama saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya? Tentu saja, aliran pada partikel kehidupan ini merupakan saksi, bahwa; semua saling bergantung dan mengantungakan diri satu sama lain.

Udara yang di produksi semesta, kemudian dibutuhkan oleh pernafasan Manusia. Begitu pula upaya kerja Manusia pada kebutuhan berjalannya Alam. Penghijauan untuk kesetabilan iklim dunia. Hutan bakau yang ditanam untuk mengurangi abrasi Pantai dan Pohon-pohon yang kuat sebagai penyangga tanah agar tidak terjadi longsor. Semua hanyalah tentang bagaimana cara berjalannya fungsinya masing-masing.

Konsekwensi dari berjalannya fungsi yaitu jalannya suatu perubahan dari yang mendasar hingga pada tingkat permukaannya. Tidak melulu akan membuat hal yang itu-itu saja. Bahwa; kehidupan seperti roda, bukan lagi fiksi-fiksi bagi mereka yang menginginkan perubahan. Karena itu, kepastian dalam berubah merupakan bagian dari kenyataan yang tidak akan bisa ditolak pada akhirnya oleh semua Manusia.

Namun apakah kenyataan itu ilusi? Atau itu adalah bagian dari siklus kehidupan itu sendiri? Bukan-kah akan menjadi rancu jika perubahan tidak kunjung datang dan Manusia menginginkan perubahan itu? Perubahan pada setiap kenyataan seperti serpihan mental yang rapuh; kadang ia perlu dibantu, pula dapat terjadi, "ia terlalu berlebihan mebusungkan diri pada optimisme mental yang berubah-ubah".

Menggali dan mengikuti perubahan pada kenyataan seperti diri mengamati dirinya sendiri. Se-per sekian detik dapat berubah seperti kondisi mental Manusia muktahir. Memang rumit dan membingungkan, apakah saya sendiri yang mengalaminya? Ada perubahan pada rasa yang sebegitu drastis dan sangat deras dalam mengamati kondisi diri akan hidup itu sendiri.

Sedikit sebab menjadi kuat, banyak perkara menjadi hancur, remuk bagai kepingan guci dari tanah liat. Sebegitukah ukuran dalam Manusia memandang dirinya sendiri? Lemah bila diterpa dan kuat sebagai penerpa nasib orang lain? Semoga ini bukanlah kelainan pada mental yang menyerah. Melainkan menjadi mental yang bertanggung jawab pada dirinya sendiri akan kehidupan. Juga tentang bagaimana memberi efek berbeda pada orang lain di sekitar kita.

Revolusi Bangsa Merdeka dan Upaya Bertanggung Jawab pada Kehidupan
Sebagai generalisir akan bagaimana manusia menjalani dengan titik kuasa yang harus diakui oleh perubahan. Saya ingin melihat bagaimana Historiografi dari perjalanan suatu kelompok masyarakat yang tertidas dan terjajah dengan nama Hindia Belanda. 

Awal mula, masyarakat memandang itu sebagai perubahan ekonomi yang cerah. Dimana datangnya VOC atau (Vereenigde Oostindische Compagnie ) perusahaan dagang dari negri Belanda menjadi titik balik kerja sama perdagangan yang sehat antara Nusantara dan Eropa.

Namun dari dalam perjalanannya sendiri memungkinkan menjadi berubah. Aturan yang dibuat lalu direvisi atas nama kuasa dari yang kuat. Adanya pihak yang lebih di untung-kan menjadi sebab untuk memulai perubahan itu. Saya menduga proses perubahan melulu berdasarkan pada keuntungan yang didapat dari masing-masing elmen tersebut. Termasuk adanya kehendak berkuasa atas yang lemah.

Seperti cerita peradaban umat Bumi, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Dengan alasan ini VOC membuat Perusahaan yang di lindungi dengan senjata, mempunyai Tentara dan membuat Negara diatas Negara. Dan akhirnya membuat suatu perubahan dengan berkuasa atas Rakyat Nusatara. Membeli Rempah-Rempah dengan harga murah. Juga perkara kelanggengan dalam kuasa atas otoritas politik Hindia Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun