Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketetapan Waktu Kehidupan

16 Maret 2019   23:40 Diperbarui: 17 Maret 2019   00:30 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: wallhere.com

Terkadang banyak orang yang menyesali waktunya. Tidak jarang juga menyesali hidupnya ketika sudah senja usianya. Katanya jodoh, rezeki dan mati sudahlah ada ketentuannya. Apakah kita percaya? Jika iya, sudah tepatkah kepercayaan kita padanya?

Dalam diam saya berpikir apakah jodoh harus diusahakan dengan giat mencari? Rezeki harus terus dijemput tanpa dipikiri? Dan kematian yang setiap saat harus ditakuti? Saya mengira semua benar tetapi manusia hidup bersama ketepatan waktunya.

Ada ketetapan kapan kita dilahirkan, tepatnya kita mendapatkan rezeki dan waktu yang tepat akan datang kematian kita. Terkadang hal yang sangat sepele ini kita lupakan. Karna egoisnya kita, hasrat yang tidak bisa terkontrol dan rayuan-rayuan gombal pikiran akan dunia luar yang mengatur keteratuarannya sendiri.

Sedikit banyak saya menduga bahwa jodoh memang perlu dicari. Tetapi tidak giat dengan cepat-cepat mendapatkan-nya-pun tidak akan ada efek apa-apa.

Justru karna tergesa-gesanya, hanya memaksakan kehendak yang akan menjadi buruk pada kenyataannya. Keadaan sebenarnya memperlihatkan bagaimana banyak yang sebenarnya belum tepat waktunya dan memaksakanya.

Sebagian dari mereka menikah memilih berpisah karna sudah tidak mau bersama lagi. Salah satu dari mereka beralasan sudah tidak berjodoh dengannya.

Apakah keputusan akan semudah itu ketika anak-anak menjadi korban egoisnya kita? Sebagian yang berpacaran juga berpisah dengan meninggalkan bekas luka pada batin masing-masing.

Begitupun dengan rezeki. Terkadang kita tidak mampu menerima apa yang kita dapat sekarang ini. Banyak dari kita berpikir, mencari rezeki itu orentasinya masa depan. Mereka bekerja dengan keras, mencari pendapatan yang besar.

Namun banyak dari mereka tidak bahagia dengan tekanan yang dia terima. Akhirnya rezeki yang sudah didapatkannya untuk membayar rasa ketidakbahagiaannya dengan membeli kesenanganya.

Semua memang ambigu, disisi lain masa depan juga butuh, efektif dalam mengatur rezeki kitapun lebih harus diprioritaskan. Namun ketepatan waktu rezeki kita haruslah disadari.

Tidak harus seberapa besar atau seberapa kecil rezeki yang kita terima. Karna rezeki sejatinya tidak harus dijemput dengan keras melupakan diri, mendapatkan rezeki juga berarti kita harus mengatur untuk menjamin rezeki kita dihari yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun