Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isu Kiamat dan Hal yang Perlu Dipertanyakan

16 Maret 2019   01:37 Diperbarui: 16 Maret 2019   02:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Tribunnews.com

Bukankah lari merupakan upaya pecundang dalam kenyataan terhadap keyakinan. Terlihat seperti baru-baru ini terjadi di Ponorogo. Membuat lucu adalah mengungsi masih di wilayah Regional yang sama, yaitu daerah Malang! Warga desa lari karna ditakuti isu-isu Kiamat, lalu mereka menjual aset-aset dan tata kehidupan yang telah berlangsung lama di desa tersebut.

Dalam hal ini, saya tidak mau menyebut mereka bodoh, hanya saja mereka tidak menilik kembali keyakinan mereka terhadap apa yang diyakini lebih banyak orang tentang Kiamat itu sendiri. Tentu mereka sendiri-lah yang rugi atas nama kekeliruannya akan keyakinan mereka.

Rumah yang dijual tentu berserta aset-aset yang lain karena keterburu-buruannya harganya menjadi murah. Pertanyaannya adalah siapa pula dalang dibalik saling mempengengaruhi puluhan warga tersebut? Wajib dipertanyakan!

Saya berspekulasi bahwa ada motif lain dalam mempengaruhi untuk meninggalkan desa dengan narasi Kiamat akan datang. Ditambah dengan penjualan aset-aset mereka yang memilih untuk lari. Jelas, ada upaya mengelabuhi atas nama ekonomi. Setidaknya ada beberapa alasan mengapa faktor ekonomi menjadi alasan kesimpulan saya;

Pertama adalah, harga murah dalam pembelian asset warga desa tersebut. Jelas, pembeli akan diuntungakan.  Kedua, adanya potensi sumber daya ekonomi yang akan dihasilkan dari desa tersebut. Maka dari itu, perlunya ditilik kembali, siapa yang membeli rumah dan aset-aset warga? Apakah ada delik upaya kuasa akan ekonomi atau proyek industerialisasi diwaktu berikutnya?

Untuk itu perlunya adanya pihak-pihak terakit mengembalikan mental dalam keyakinan mereka yang telah terdegradasi atas nama Kiamat sudah dekat. Supaya kekeliruan mereka dapat diperbaiki, terpenting adalah penyelamatan terhadap aset yang mereka punya, agar mereka kedepannya tidak menjadi manusia tanpa desa juga tanpa rumah. Hidup dalam pelarian yang sungguh absurd tidak mampu realistis menghadapi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun