Bukan ingin seperti adegan-adegan makan di film Jepang atau drama Korea. Jika anda penggemar drama Korea atau film-film Jepang, anda pasti akan sering menjumpai adegan makan dengan Mie Instan.
Memang wajar saja kalau di Jepang atau Korea masyarakatnya makanannya Mie Instan. Mungkin karena cuaca di sana yang berbeda dengan di Indonesia sehingga memengaruhi daya panen padi itu sendiri.
Atau apa mungkin orang sana tidak suka nasi? Saya rasa tidak juga, sepertinya orang sana  tidak segila orang-orang di sini  yang belum makan kalau belum pakai nasi. Terlepas apa pun itu, saya tidak ingin membahasnya terlalu jauh. Saya belum pernah ke Jepang atau Korea, apalagi ngobrol-ngobrol dengan orang sana.
Bahasanya saja, huh, pasti gak tahu, bahasa internasional Inggris pun saya masih blepotan. Tetapi simbah saya menyatukan saya dengan orang belahan bumi mana pun. Nama simbahku mbah Google, bisa menerjemahkan bahasa negara populer.
Ya, Jepang dan Korea termasuk negara populer tersebutlah. Jadi gak perlu susah-susah komunikasi. Sayangnya di Indonesia ini saya tidak  punya teman orang Jepang apalagi orang Korea. Kapan sih negara Korea dan negara Jepang bisa pindah ke Indonesia. Kan bisa berteman kita,trus tanya-tanya.
Intinya saya tidak punya referensi pasti berapa kali Jepang dan Korea panen padi. Saya juga tidak tahu harga dalam satu kilo beras di sana. Tetapi saya hanya bisa memprediksinya saja.
Mengacu pada hukum ekonomi, semakin sedikitnya barang dengan permintaan yang tinggi harganya pasti akan mahal. Kita sama-sama tahu berapa luas wilayah antara negara Jepang dan Korea masing-masingnya, bisa empat atau lima kalinya Indonesia kan? Bahkan bisa lebih! Mungkin?Â
Untuk itu saya yakin beras disana pasti harganya mahal. Oleh karna itu mereka tidak setiap makan pakai nasi. Ngirit woy, tidak semua kan orang Jepang atau Korea kaya-kaya?
Contohnya film "Shoplifters " bercerita bagaimana kondisi kemiskinan di Jepang.  Mereka makan juga apapun makanan termasuk Mie Instan, yang pasti masih murah,dan dapat mengenyangkan perut. Terlebih Jepang  dan Korea adalah negara industri maju. Sudah pasti banyak lahan di sana yang digunakan untuk kepentingan industri, perumahan dan perkantoran.
Saya juga terkadang bertanya-tanya, mengapa stigmatisasi makan Mie identik dengan tidak sehat? Apakah dalam realitanya benar atau hanya persepsi dari suatu delusi masyarakat yang masih berlimpah sumber daya nasi seperti Indonesia?
Terlepas dari berbagai persepsinya, kalau memang Mie Instan tidak membuat sehat dan banyak mengandung penyakit di dalammnya mengapa masih dijual? Bukankah menjadi hak konsumen untuk terlindungi ketika mereka membeli  suatu produk?