Akhir-akhir ini muncul tokoh yang wari-wiri mengisi talkshow di televisi. Namanya begitu populer ketika tokoh ini mengatakan "kitab suci adalah fiksi". Iya betul, dia adalah Rocky Gerung mantan dosen filsafat salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
Namun dia kini tidak aktif megajar lagi di lembaga pendidikan itu. Alasan terkuat dia tidak mengajar dilembaga pendidikan itu adalah Rocky Gerung bukanlah pengajar tetap di lembaga pendidikan tersebut. Sebenarnya tidak penting dia mengajar atau tidak, karena Indonesia punya alternative pengetahuan lain dari demokrasi yang dibawa dalam setiap agrumennya ketika tampil diacara televisi.
Mengapa saya menulis tentang Rocky Gerung? itu karena namanya begitu populer di lini masa youtabe. Hampir setiap saat saya membuka aplikasi ini terpampang wajahnya.
Bahkan yang membuat menarik sendiri adalah judul cover dari para youtuber mengulas beragam komentar-komentarnya diberbagai acara talkshow televisi. Dari sekian banyak video yang terdapat di youtube kebanyakan merupakan kritik-kritik pedasnya terhadap pemerintah.
Bagi saya ini menarik untuk menyehatkan demokrasi di Indonesia ini. Tetapi juga, saya sayangkan ketika setiap komentar-komentarnya dijadikan dalil untuk kampanye salah satu calon menumbuhkan kecintaan buta tanpa nalar yang benar-benar rasional.
Saya mengenal Rocky Gerung jauh sebelum dia wara-wiri ditelevisi sebagai pembicara dengan kapasitas pengamat kontestasi politik saat ini. Saya dahulu mengenal dia sebagai ilmuan politik juga dosen filsafat dengan sepesialisasi membahas filsafat politik khusunya demokrasi. Saat itu ketika saya mengenalnya, dia adalah seorang pembicara suatu forum sekaligus akademisi.
Jurnal perempuan dan freedom institute merupakan sedikit dari banyaknya forum --forum yang pernah mengundang dia sebagai pembicara. Kebetulan juga karena di upload ke aplikasi youtube saya menjadi tahu kapasitas sesungguhnya Rocky Gerung sebelum dia wara-wiri diundang ke berbagai acara televisi.
Disamping sebagai akademisi, Rocky Gerung juga merupakan seorang politikus yang terlahir dari lingkungan kampus. Dia adalah salah satu tokoh pendiri Partai Serikat Rakyat Independen. Tujuan dari terlahirnya partai SRI sendiri adalah sebagai perahu Sri Mulyani untuk menjadi pemimpin tahun 2014 lalu.
Sedangakan ideologi partai mengusung ideologi kampus di mana "kampuslah tempat berpikir paling bebas". Jadi jelas para tokoh pendiri partai ini mengusung kebebasan dalam berpikir sebagai ideologi partai SRI. Terlepas dari narasi ini, Rocky Gerung sendiri diasosiasikan oleh sebagian kalangan sebagai representasi dari golongan liberal.
Secara pribadi saya setuju dengan konsep liberal dalam pusaran politik Indonesia. Dengan itu sayapun setuju dengan Rocky Gerung di mana berpikir dalam kehidupan demokrasi harus diberi ruang se-luas-luasnya juga se-bebas-bebasnya.
Seperti kata Rene Decartes "Aku berpikir maka aku ada". Maka dari itu "masyarakat harus berpikir bebas untuk diakui sebagai masyarakat yang sebenar-benarnya". Karna ketika demokrasi sudah pada sampai tujuannya, Negara tidak akan dibutuhkan lagi. Masyarakat dapat bertumbuh dan mengatur dirinya sendiri sebagaimana demokrasi itu tercipta, dari dan untuk rakyat.