Sebenarnya apa salah moral dalam berbudaya? Apa juga salah merayakan tahun baru? Ramai-ramai pemerintah dan tokoh-tokoh agama mengutuk perayaan tahun baru disejumlah daerah.Â
Dari daerah yang mengaku paling taat moralnya sampai daerah yang ingin diakui sebagai bermoral. Mereka berlomba-lomba mencari simpati warganet, untuk pengakuan, bahkan juga untuk misi terselubung pemerintah daerah itu sendiri.
Misi terselubung pemerintah daerah tersebut adalah upaya membuat citra bagus untuk orang-orang yang kontra perayaan tahun baru. Mungkin juga aturan pelarangan yang dibuat tersebut untuk menarik  pembenaran diri orang-orang yang tidak punya kesempatan merayakan tahun baru.Â
Namun bukan itu yang penting! Menjadi pertanyaan adalah apa korelasi perayaan tahun baru dan larangan pemerintah? Apakah pemerintah punya hak mengontrol itu? Bukankah jika dipikir ini akan menjadi tirani baru dari pemerintah? Mencoba menjadi kontrol bagi masyarakat bahkan untuk masalah sesepele ini, mengerikan!
Mari kita telaah lagi sumber dari perayaan, apa yang mendasari perayaan? dan bagaimana membuat perayaan itu tetap dirayakan? Menurut saya, perayaan bersumber dari sikap kita pada rasa syukur kita.Â
Perayaan tahun baru hanyalah perkara waktu menyongsong rasa syukur dan harapan baru. Banyak berbagai cara merayakan rasa syukur dan harapan kita, ada pesta ulang tahun, hajatan, dan rasa syukur yang dibalut menjadi ajang berbagi sesama tetangga seperti selametan yang mengakar di budaya nusantara.
Jadi perayaan apapun itu sah saja, mengapa harus dikontrol? Perayaan menurut saya juga memiliki dampak yang positif untuk saling membahagiakan satu dengan lainnya.Â
Merayakan adalah cara masyarakat mensyukuri setiap pencapaiannya. Lagi pula masyarakat merayakan dengan uangnya sendiri, tanganya sendiri, dan waktu yang dihabiskan juga waktunya sendiri.Â
Jadi pantaskah semua itu dilarang dan maupun melarang? Atau pelarangan perayaan tahun baru hanyalah alibi pemerintah yang tidak mampu berbagi kebahagiaan dengan warganya. Jelas ini berbeda dengan pemerintah dinegara maju, banyak dari mereka malah sengaja membuat perayaan untuk menjadi budaya baru.Â
Tujuannya adalah membahagiakan warga dengan berbagai perayaan yang dibuat negara. Sejatinya perayaan dalam hal apapun itu diperlukan masyarakat sebagai sarana hiburan dan juga upaya menghilangkan penat dari rutinitas masyarakat sendiri.
Sebagai masyarakat nusantara kinian kita hanya tidak pernah kembali melihat masa lalu dengan sejarah perayaan yang sangat kaya dari nusantara. Setiap perayaan-perayaan yang dilakukan sebagai budaya leluhur bertujuan untuk sarana hiburan masyarakat dan bentuk komitmen kerajaan-kerajaan terdahulu mensyukuri nikmat yang diberikan tuhan dan alam semesta.Â