Hati memang misteri, setiap keinginannya tak akan pernah dimengerti. Begitupun pikiran didalamnya ilusi yang setiap hari berubah sendiri.
Ketika kau mulai bertanya pada dirimu, harus seperti apakah aku? Harus bagaimanakah aku? Seakan tidak ada kebingungan yang tidak beralasan, semua beralasan.Â
Seharusnya berpikir dalam diam merenung menyelami isi hati untuk mengkominasikan ilusi untuk menjadikannya misteri. Biarlah yang tak terjawab untuk tidak dijawab. Jika ia memang saat ini ungkapkan dan lakukanlah untuk nanti.
Memang adakalanya gelisah itu datang menghampiri, namun sampai kapankah gelisah akan terus diratapi? Sepertinya manusia  memang akan gelisah sampai mati. Tetapi akankah kita mau hidup seperti mati bersama kegelisahan dihati?
Semua memang mengandung tanya, nama besar, kebanggaan dan dikenal. Mungkinkah itu akan terus dikejar jika teralalu berat mengejarnya? Apakah ketika ia berhasil kita raih akan baik untuk kita? Bukankah itu juga yang akan membuat lahirnya kecongkakan yang tumbuh dalam diri kita.Â
Apapun lakukanlah yang paling baik untukmu, untuk hidupmu. Kejarlah yang bila kau mampu dan tidak memberatkanmu. Manusia bukan hidup untuk tenar, bukan pula untuk sangar dengan kebanggannya, manusia hanyalah perlu kesadaran untuk dirinya menjadi baik, tanpa nama maupun  kata.
Dan bila engkau merasa itu bisa dikejar, kejarlah dengan senang hati, buang jauh semua ilusi, lakukanlah dengan bernyanyi-nyanyi tanpa merana dalam hati.
Sepertinya kau memang harus melihat kearah lain, arah dimana orang biak yang tidak dikenali, orang yang pintar tidak terketahui, orang yang bijak menyepi. Agar kau paham hidup adalah merawat kehidupan itu sendiri.
Ketika kau mencoba meraih dan membayar semua itu, akankah beban tidak akan bersandar padamu? Kau bisa melawan siapapun tetapi tidak melawan dirimu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H