Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tentang Pertemuan Kita

31 Agustus 2018   22:05 Diperbarui: 31 Agustus 2018   22:54 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya kabut malam ini turun, entah mengapa rasaku agak sedikit berbeda malam ini. Aku menerka-nerka, sungguh saja aku hanya kurang berkata-kata, padamu dan pada maknaku.

Angin sepertinya akan berlalu, ia berlalu seperti pertama kali kita bertutur sapa kala itu. Waktu itu akulah yang mengira, kaulah si santun dalam kata, hangat, dan terbuka.

Aku dulu memang tidak memperhitungaknmu, hanya saja aku heran mengapa ada wanita seterbuka kamu. Minta saran padaku, membalas semua obrolanku, juga membuat aku ingin meperkenalkan diriku padamu.

Setahuku akulah yang membosankan itu, hari-hariku berbeda, memaksa pula aku menjadi orang yang berbeda. Bebal dalam pilihan, sempit dalam menetukan pilihan.

Waktu, aku mengira wanita hanya maunya dimengerti, tanpa perlu mengerti, karna akulah lelaki pasif itu, enggan jika harus terus mengertikan wanita tanpa mengertikan aku juga.

Bahkan waktu itu sempat juga aku putus dalam asa. Sedikit-sedikit menyadari, jika ada kemungkinan ruang sendiri seterusnya. Berkelana dengan segala waktu yang ada, tempat yang ada bahkan setiap rasa penasaran yang mengada.

Keberanianmu, seperti kamu tak takut aku ikuti, karna akulah yang terlalu lama menanti. Hidupku hanya terus-terusan mengikuti bagaimana langakah kaki, bersama bintang-bintang, rerumputan dan bebatuan.

Dunia, sepertinya hanya tersisa setiap pilihan-pilihannya. Mengembara tanpa tujuan, ingin terus kembali dan selalu pulang atau mendedikasikan diri untuk seseorang.

Mengherankan, mengapa kita dipertemukan di persimpangan jalan, sebenarnya bisa saja kamu tak menoleh padaku, tak ramah menyapaku waktu itu, mungkin akan terus berjalan semau langkahku. Tetapi kau seperti menjadi bayang-bayang dalam perjalanan hidupku.

Saat aku lelah dan tak tahu lagi jalan, aku menyadari masih ada bayang-bayang dibelakangku. Seakan aku terusik dengan pilihanku, mengapa tak aku ikuti bayang-bayang itu. Apakah bayang itu nyata dalam ada atau hanya pemanis perjalanan masa laluku saja.

Apapun, aku hanya tidak mau melepaskan bayang itu, kesempatan itu, bisa saja ia adalah jalan baru dalam hidupku. Ketika bayang-bayang datang dengan tersenyum sedikit-sedikt mengubah duniaku. Seakan rasa yang berlalu tak ingin selalu berlalu. Inginya ia mengendap setiap saat dalam hidupku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun