Ketika petualangan hati ini terlewati, aku ingin seperti awan diatas bukit sana. Dingin, sejuk dan hijau, bagaikan elang yang berkelana diatas sana mencari dan terus mencari tentang apa sebenarnya diri itu. Aku rasa-rasa seperti kehilangan arah, mencari dimana tempat yang indah sesuai dengan apa yang aku bisa. Untuk mempersembahkan apa yang mungkin bisa aku persembahkan untukmu semsestaku.
Cinta, tulisan dan bangga akan menjadi diri sendiri. Yang kini aku lalui seperti menumpang tentang apa yang dinamakan bertahan. Lamat laun tantangan untuk mencintai hidup inipun terlewati dengan berjalannya waktu. Rasanya hari ini bukanlah cinta dimana hanya bertahan saja yang harus aku kehendaki, aku tahu aku harus mencipta, apa saja yang bisa aku cipta.
Disebrang sini aku berkarya, lalu disebrang sana aku bertahan. Hanya keseimbangan yang harus aku lakukan. Mungkin aku tak bisa seperti mereka, hidup penuh dengan cipta akan realita, tetapi akupun harus lebih memulai lagi bagaimana aku harus melangkah kedepan. Mencari inspirasi, dorongan untuk menjadi, ya menjadi seperti apa yang aku mau.
Jalanku bukan lain hanyalah menulis apa yang bisa aku tulis. Ini yang mungkin nyata dalam cinta. Dimasa depan mungkin kertas-kertas dan rak-rak buku itu memanggil untuk di isi. Meskipun aku tak berharap menjadi apa-apa tetapi aku ingin ada makna dalam ada, cinta dan itu harus menjawabnya. Tidak lain aku memang harus bertahan tetapi harus dengan cipta. Kau memanggil dan harus aku jawab, inspirasi, motivasi dan kenyamanan dalam hidup.Â
Setiap jam karya memang tak akan lagi sama tetapi apa yang akan terus sama dalam hidup ini? Ya kesamaan itu, kita tetap berkutat dengan diri kita sendiri. Hidup adalah improvisasi tentang bagaimana kita menjalani. Kau bertahan untukmu dan kau mencipta untuk semestamu.
Tak lain, hidup ini seperti tawaran yang seharusnya bisa kita tawar keberadaannya. Sungguh yang hilang mungkin akan terisi namun entah kapan itu akan penuh. Tetap berjalan dengan apa yang kita mau, berlari, melihat dan berkarya untuk sesuatu yang baru dalam hidup ini, semesta ini. Lika-likunya jalan ini memang harus tetap untuk diarungi, mengambil nikmat dalam keberadaan, menyebrangi setiap lautan dan batuan kekerasan hidup yang ada. Esok mungkin kita kan melihat mentari kembali, bulan bersinar dan burung berkicau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H