Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menciptakan Fajar dengan Cinta

29 Desember 2017   11:03 Diperbarui: 29 Desember 2017   20:19 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://roseville-estate-planning.websitehabitat.com

Ibarat kapal, aku ini sedang terombang-ambing ombak dan terseok-seok karang. Aku menggigil bak dimusim salju padahal tak ada secuil saljupun didekatku. Terkadang saat-saatku terbenam oleh kepalsuan. Sadar atau tidak aku seperti hilang arang.

Masihkah ada setitik harapan disini ataupun disana? sayang aku akan mencarimu disini, apakah kau sekarang sedang disana? Kau membingungkan aku, sebenarnya adakah kamu sayang? Apakah kamu hanya ada diimajinasiku saja? oh, sayang, engkau yang tersayang jawablah aku ini.

Perjalananku sudah panjang, dimanapun tempat sudah aku singgahi. Dimanakah kamu cinta sejati yang selama ini aku cari? Adakah juga kau sama-sama mencariku? kau cinta seperti topeng, terlihat tapi tak tahu apa dan seperti apa isi didalamnya. Tahukah kamu bahwa selama ini aku bertarung dalam kehidupanku untuk kamu. oh, sepertinya hariku sedang mendung.

Aku hanya ingin aku juga bertarung dengan harapan. Sungguh aku ingin melihat fajar yang aku ciptakan. dalam kesendirian aku tenggelam, sudah tidak bisa aku mencari makna. Pelajaran demi pelajaran memang ada tetapi apa? Aku hanya berkutat pada obyek penafsiranku sendiri tanpa tahu sebenarnya untuk apa hidupku ini.

Sudah aku mencari senang dimana-mana. Tetapi kau tahu kesenangan tidak ada yang membekas. Harus juga kau tahu bahwa apa yang baik adalah hal yang selalu berjuang dan menuntut untuk berjuang. Sepucuk keyakinanku pasti datang esok aku akan menciptakan fajar untuku dan umat manusia. Hanya ingin aku berjuang, aku juga tahu aku memperjuangkan apa.

Diriku sudahlah cukup, terkadang aku pesimis memandang sang fajar ini. Namun fajarku harus ada. Aku ingin ada harapan yang diharalkan meskipun untuk sesuai harapan yang ideal sangatlah langka. Hariku kini bulat, berjuang untuk diri bermakana sangat sedikit. Mungkin aku harus berkelana demi yang sejati ini. Berjalan, mengedap-endap bahkan berlari mengarungi samudra lautan bumi.

Kini aku sudah tak punya tempat untuk berpasrah diri. Tidak pula aku gantungkan diriku pada siapapun. Aku serahkan semua pada yang terjadi pada jalan hidupku sendiri. Jika tubuh dan bumi memang sudah beraturan sejak dulu, Aku juga harus mengatur hidupku sendiri untuk ini. Waktu akan memberi tahu hasilnya nanti. Dimana akan ada atau tidak fajarku dimasa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun