Namun begitu, sampai saat ini perjalanan menulis saya sungguh tidak mudah. Saya dihadapkan dengan banyak keterbatasan. Bahkan saya tertatih-tatih hingga saya sering kali terhempas ke jurang keputusasaan. Setiap pikiran saya kosong dari kehendak untuk menulis, saya sering menegaskan pada diri saya:
"Tuhan, baiklah, saya akan angkat koper dari rumah impian ini. Saya akan pergi sejauh-jauhnya. Saya tidak akan lagi berkeinginan menjadi penulis. Toh saya sudah jelas tidak punya bakat dalam menulis, apalagi di dalam diri saya tidak mengalir darah penulis. Saya tidak terlahir dari keluarga penulis dan saya tidak hidup di lingkungan penulis. Saya akan berhenti berkeinginan menjadi penulis, setelah saya tahu jalan yang harus saya tempuh sangat terjal, penuh liku, seakan semuanya menghalangi saya untuk meraih keinginan itu. Saya akan angkat kaki, Tuhan. Saya sudah terlalu lelah."
Bukan hidup namanya jika tidak ada pasang surut. Setelah saya benar-benar terkungkung dalam ruang yang terasing dan sempit bernama "keputusasaan", tiba-tiba semangat menulis saya dibangkitkan kembali oleh berbagai macam hal. Saya dikirimi buku oleh Bapak Hatta Rajasa, saya diajak mengaktifkan kembali blog saya yang sunyi sepi persis kuburan dan bahkan nyaris sekarat oleh beberapa teman, dan hingga saya bertemu dengan media Kompasiana, yang menawarkan saya kebebasan menulis dan share dengan banyak teman baru. Bangkitlah kembali semangat saya untuk menulis!!!
Sebenarnya saya sudah terdaftar di media Kompasiana sejak Mei 2011 silam. Tetapi karena keterbatasan tadilah saya tidak menyentuh sama sekali tombol "log in" di web ini, hingga ketika saya mulai bergabung di Twitter, lagi-lagi saya dipertemukan dengan banyak penulis hebat dan akhirnya bertemu kembalilah saya dengan Kompasiana. Pertemuan yang penuh tantangan menurut saya!
Tetapi lagi-lagi saya dibikin jengah dan gentar oleh cobaan-cobaan yang menyapa saya di web ini. Saya mati kata, tidak tahu apa yang akan saya tulis dan saya bagikan disini, lalu saya berusaha sekuat tenaga sampai saya rela begadang demi merampungkan sebuah tulisan yang tak jelas nasibnya. Setelah satu tulisan rampung, beberapa orang membaca dan meninggalkan komentar, Alhamdulillah. Tidak sia-sia usaha saya. Lalu saya merampungkan satu tulisan lagi, nah ini yang kemudian menciutkan saya, tulisan yang saya rampungkan dengan rela tidak tidur semalam suntuk, ternyata amat sedikit yang berminat membaca dan rela tidak meninggalkan komentar.
Saya lalu minder menulis di Kompasiana. Mungkinkah tulisan saya terlalu buruk untuk mereka baca dan mereka komentari? Saya hampir putus asa.
"Apa yang harus saya lakukan?"