Tidak semua pasangan suami istri (pasutri) beruntung dapat selalu tinggal bersama. Kadang ada yang harus terpisahkan oleh jarak dengan beragam alasan. Mungkin karena suami harus bekerja di kota lain, atau karena istri melanjutkan pendidikan di negara lain, atau mungkin juga karena salah satu harus merawat orang tua yang sedang sakit, atau bisa jadi suami atau istri harus menemani anak yang belum bisa pindah sekolah. Waktu pertemuan pasutri yang tinggal berjauhan ini, bisa setiap akhir minggu bila pasangan tinggal berdekatan kota, bisa beberapa hari dalam sebulan bila kotanya berjauhan, atau bahkan hanya beberapa hari dalam setahun bila tinggalnya berbeda negara.
Banyak pasutri yang tetap rukun dan harmonis kendati tinggal berjauhan, namun tidak sedikit juga yang rumah tangganya goyah bahkan berujung perpisahan. Memang harus diakui, tidaklah mudah meneguhkan cinta saat sedang berjauhan. Tetapi dengan komitmen yang kuat dan ikhtiar yang terus-menerus, meskipun jarak memisahkan, rumah tangga bahagia tetap dapat dicapai.
Bercermin dari pengalaman sejumlah sahabat yang kerap tinggal berjauhan ditambah sedikit pengalaman pribadi, berikut ini disajikan beberapa hal yang dapat meneguhkan pernikahan jarak jauh:
Berikan kepercayaan penuh, dan jauhi prasangka kepada pasangan
Setelah memutuskan untuk menjalani pernikahan jarak jauh, langkah pertama yang harus diambil pasutri adalah memberikan kepercayaan penuh kepada pasangan serta menjauhi prasangka. Tidak dapat dipungkiri, tinggal berjauhan dapat juga menimbulkan gosip macam-macam dari lingkungan sekitar. Bisa saja pasangan dikabarkan punya pria atau wanita idaman lain. Terhadap gosip yang tidak jelas dan hanya akan menyudutkan Anda, langkah terbaik adalah tutup kuping. Bila gosip terasa sangat mengganggu, Anda boleh saja menanyakan kepada pasangan, tentunya menunggu waktu yang tepat dan dalam suasana yang enak. Namun, jangan mudah berprasangka mengikuti arus gosip. Percayalah bahwa pasangan akan selalu menjaga cintanya kepada Anda, menjaga kehormatannya, dan akan selalu melakukan yang terbaik untuk keluarga.
Jangan juga mudah berprasangka bahwa pasangan tidak lagi cinta hanya karena nada suaranya tidak begitu mesra ketika ditelepon, atau hanya karena ia terlambat merespon email atau sms. Jangan pula mudah cemburu hanya karena pasangan menyebutkan nama rekan kerjanya yang berlainan jenis. Berusahalah berpikir positif, mungkin saat ditelepon ia masih dalam kondisi masih mengantuk atau kurang sehat. Atau bisa jadi ia terlambat merespon sms karena sedang tidur. Sementara tentang penyebutan nama si rekan kerja, mungkin namanya memang perlu disebutkan sesuai konteks cerita . Segala hal positif yang dapat Anda pikirkan, pikirkanlah.
Jalin komunikasi yang baik
Di zaman teknologi informasi seperti sekarang ini, berkomunikasi semakin dipermudah. Pasutri dapat berkomunikasi via telepon, sms, email, webcam, dan lain-lain. Adalah penting untuk selalu menjalin komunikasi secara rutin. Pasutri dapat saling bercerita tentang apa saja kegiatannya selama berjauhan, dan cerita tentang tumbuh kembang anak-anak. Buatlah ceritanya semenarik dan sedetail mungkin, sehingga pasangan dapat membayangkan dan memahami situasinya. Jadikan saat berkomunikasi adalah saat yang menyenangkan bagi kedua pihak.
Beri perhatian khusus kepada pasangan
Perhatian-perhatian kecil namun menyentuh sangat dibutuhkan pasangan yang sedang berjauhan. Selalulah ingat hari-hari spesial buat pasangan. Ucapan selamat, dan sesekali memberikan hadiah pasti menjadi sesuatu yang berarti untuk pasangan. Hadiahnya tidak perlu yang mahal. Buat suami, mungkin hanya berupa alat cukur lengkap dengan krimnya. Sementara buat istri, dapat berupa syal idamannya.
Atur  jadwal pertemuan
Pasutri dapat menjadwalkan pertemuan sesuai dengan luangnya waktu masing-masing. Bila memungkinkan, suami atau istri dapat bergantian mengunjungi pasangan di tempatnya. Manfaatkan waktu bertemu ini dengan baik, dan jadikan sebagai saat-saat indah tak terlupakan.
Tetap setia, jangan beri peluang orang ketiga
Berjauhan dengan pasangan, harus diakui lebih rentan terhadap godaan dari lawan jenis. Karenanya pasutri harus pintar-pintar membawa diri agar terhindar dari hubungan yang tidak pantas dengan lawan jenis. Sementara menyangkut kebutuhan biologis, pasutri hendaknya menyadari bahwa risiko tinggal terpisah adalah sementara waktu tidak dapat memenuhi kebutuhan yang satu itu. Pasutri harus dapat mengendalikan diri, alihkan perhatian dengan cara menyibukkan diri dengan aktivitas lain yang positif. Jauhi aktivitas maupun lawan jenis yang menggoda yang dapat menimbulkan rangsangan seksual.
Pada dasarnya, jangan beri peluang bagi lawan jenis untuk mengisi rasa sepi yang terkadang muncul. Pengalaman Pak W, teman saya, mungkin dapat menjadi contoh bagi pasutri yang sedang berjauhan. Pak W ini secara fisik, termasuk kategori tampan. Ketika ia sedang berjauhan dengan istrinya, ia selalu mengenakan cincin kawinnya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia sudah terikat, dengan demikian ia berharap telah menutup peluang perempuan lain untuk mendekatinya.
Lain lagi, pengalaman ibu S yang selalu membawa foto keluarganya kemana pun ia pergi. Suatu saat ia mengikuti kursus selama 6 bulan di luar negeri. Ibu S berwajah cantik dengan perawakan mungil. Yang belum mengenalnya dengan baik, boleh jadi akan menduga ia masih gadis belia. Ibu S didekati teman sesama peserta kursus dari negara lain. Setelah kenal beberapa lama, temannya ini melamarnya untuk menjadi istri. Ibu S terkejut, namun tidak hilang akal. Dengan tegas ia berkata, bahwa ia sudah menikah dan mempunyai anak. Teman kursusnya tidak percaya. Tetapi setelah Ibu S menunjukkan foto keluarganya, akhirnya laki-laki itu mundur dengan teratur.
Selalu berdo’a
Mengiringi semua ikhtiar di atas, berdo’a adalah hal penting yang tidak boleh terlupa. Bagaimana pun pasangan kita adalah titipan dari Allah. Serahkanlah penjagaan pasangan kita kepadaNya, sembari memohon agar masing-masing dikuatkan imannya, komitmennya dalam melakukan ibadah berumah tangga kendati tinggal berjauhan. Selalulah berdo’a agar tercipta rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah.