'Keranjang Sampah Fiksi di Kompasiana', begitu kira-kira kritikan (hujatan?) yang dilontarkan oleh penulis itu lewat judul artikelnya. BENAR-BENAR SETAJAM SILET!
Well, saya kurang begitu paham dunia fiksi dan diksi. Tulisan ini cuma diniatkan untuk berbagi pada para kompasianer kritikus agar lebih apik lagi dalam mengkritik seseorang. Siapapun pasti akan marah jika diserang secara frontal, apalagi bila terjadi GENERALISIR SUATU KELOMPOK. Boro-boro yang dikritik akan menerima dengan senang hati, yang ada malah dibalas dengan caci maki.
Buktinya, di artikel itu juga jadi saling tuding siapa 'tukang sampahnya'.
Kritikan, sindiran, hujatan, tudingan, sudah pasti berbeda porsinya. So, jika memang kita berniat baik untuk suatu perubahan, maka beri juga solusi dalam kritikan itu. Tapi kalau cuma ingin meraih sensasi dan popularitas, mendingan gak usah lewat Kompasiana. BASI! Kenapa? Karena siapapun bisa saja mengaku-ngaku sebagai orang bijak, orang baik, orang bejat, orang bebal, dll. Who knows?
*Siap MENGKRITIK, maka harus siap juga DIKRITIK. Kalau gak suka DIKRITIK, maka jangan MENGKRITIK... Karena kritik itu cuma miliknya Zuragan Qripix, wkwkwk....