Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Pejabat Sulsel Berkantor di Palu Sulteng

3 Agustus 2010   13:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:20 1752 0
[caption id="attachment_214879" align="aligncenter" width="300" caption="Keindahan Kota Palu dan semoga tak dicederai dengan Keinginan yang dipaksakan"][/caption] Pemilukada Kota Palu akan digelar esok hari (04/08/2010), pemilukada Kota Palu diikuti enam pasang kandidat, yakni Hidayat-M Muchlis (1), Rusdy Mastura-Andi Mulhanan Tombolotutu (2), Helmy D Yambas-Hadiyanto Rasyid (3), Kamil Badrun-Yos Sudarso Marjuni (4), Habsya Yanti Ponulele-Arman Djanggola (5), dan Rusman Lamakasusa-Irianto Agan (6). Pemilukada di Palu adalah sesuatu hal yang aneh betapa tidak, mobilisasi tim pemenangan dan beberapa pejabat didatangkan khusus dari tim salah satu kandidat yang juga merupakan adik ipar dari Gubernur Sulawesi Selatan. Secara hitungan Market politik memang menguntungkan sebab Pemilih kota Palu memang dominan Warga dan keturunan Sulawesi Selatan (KKSS) tapi secara psikologi pemilih belum tentu mengarahkan pilihannya kepada sang kandidat yang dituju. Saya tidak menyalahkan Konsultan Politik yang mengambil metode mobilisasi pejabat dari Sulsel akan tetapi sangat disayangkan sebab secara sosio cultural masyarakat Kota Palu adalah masyarakat yang sangat berdamai dengan kondisi pendatang dan juga hidup salaing menghargai. Bukan tidak mendukung sang kandidat dengan mobilisasi hal itu akan tetapi ada beberapa hal yang sangat rawan dengan kondisi semisal, 6 tahun saya tinggal dan belajar/sekolah di Palu masyarakat disana sanagat rentan dengan kondisi itu, sehingga sangat saya sayangkan dengan perlakuan kasus semisal dengan mendatangkan massa dari Sulsel apalagi dengan banyaknya pejabat, pegawai dari sulsel untuk memaksakan kandidatnya digolkan. Kesepakatan pemilu damaipun sudah ditandatangani, semua kandidat menggunakan caranya masing-masing untuk mendapat pemilih sebanyak-banyaknya demi mencapai tujuannya. akan tetapi dengan memobilisasi pejabat dan tim dari luar sangatlah naif dengan pukulan orang-orang di yang ada di kota Palu sendiri, betapa tidak seolah mereka memang tidak dipercaya untuk memenangkan kandidatnya dengan cara yang elegan dan memberdayakan orang-orang lokal, betapa tidak percaya dirinya sang kandidat. ini bukanlah black campaign akan tetapi sangat menyangkan langkah dan tindakan yang semisal dengan cara-cara mobilisasi dari luar dan bahkan pejabat Publikpun dari Sulsel dilibatkan dan tentunya sangat disayangkan karena bisa di pastikan  menggunakan anggaran Daerah (SPPD) kalaupun tidak meinimal pejabat yang datang menginginkan 1001 keinginan (jabatan dan CCM) terhadap atasannya. akhir dari tulisan ini saya hanya berharap semoga tak adalagi kasus daerah yang yang terjadi hal yang seperti ini dan menjadikan daerah benar-benar mandiri tak tak menjadikan referensi baru dalam Pemilihan Kepala Daerah dan pejabat Publikpun tidak berkantor di daerah lain melainkan berkantor di daerahnya dan menjadikan tugasnya yaitu melayani masyarakat diwilyahnya dan menjalankan tanggung jawabnya dan apakah tidak aneh ketika ada pejabat yang berkantor di provinsi lain yang nyatanya bukan wilayah kerjanya? Harapan Akhir saya semoga tak terjadi konflik baru bagi masyarakat kota palu yang selama ini sudah nyaman dan damai dengan berbagai cara untuk melakukan kampanye dan tetap saling menghargai walaupun dengan hadirnya orang-orang baru di Palu untuk memenangkan salah satu kandidat

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun