Pertarungan antar pemikir agama di Inonesia terindikasi sedang berlomba menjajakan keyakinan, menjadi modal utama melakukan segala kehendak agama, dengan tujuan menonjolkan bahwa agama panatunnya adalah agama yang terbenar, meskipun tanpa suatu dalih aqliyah yang menyepakati keterlibatan akal dalam meletakkan agama sebagai pandangan menyembah tuhan.