Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Isi Dapur Indonesia Laris Manis di Belanda

17 Februari 2012   02:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:33 731 0

Salah satu keunikan masakan-masakan khas Indonesia adalah aneka ragam menu dengan perbedaan cita rasa yang ribuan jenis dan jumlahnya. Hal itulah tentunya yang menjadi pertimbangan utama bagi IxESN Wageningen (International Exchange Erasmus Student Network), salah satu cabang organisasi mahasiswa Internasional terbesar di Eropa, dalam mengajak PPI Wageningen (Persatuan Pelajar Indonesia di Wageningen) untuk berpartisipasi dalam acara International Kitchen edisi Indonesian Kitchen pada tanggal 17 februari 2012 di Wageningen, Belanda. Tidak mudah memang, karena tidak semua Negara dapat berpartisipasi dalam International Kitchen ini. Predikat sebagai Negara yang multikultur, yang bukan hanya terkenal keragaman budayanya tetapi juga masakan-masakan khas daerahnya, membuat 95 orang peserta kegiatan rela merogoh kocek hingga 5,5 hingga 6 euro (kira-kira setara dengan Rp.62.000 hingga Rp.68.000) untuk membeli tiket hanya untuk mencicipi makanan-makanan khas Indonesia yang disajikan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kuliah di Wageningen, Belanda.

Dalam acara ini, belasan mahasiswa dari PPI Wageningen yang dikordinir oleh trio master chef muda Indonesia (Nyimas Wardah, Dasep Wahidin, serta Ibnu Khamais) meramu tiga sesi masakan (pembuka, utama, serta penutup) yang dihidangkan sebagai makan malam buat peserta. Adapun masakan-masakan yang disajikan adalah soto bening (sebagai makanan pembuka), nasi uduk, ayam kremes, sambal terasi, dan tempe bacem (sebagai makanan utama), serta bandrek (hidangan penutup). Tidak ketinggalan, mereka juga menyajikan bakwan jagung dan urap yang dikhususkan buat peserta yang vegetarian.

“Lapar” dan “Mantap”, itulah dua kata yang diajarkan oleh Hana Fitria kepada peserta pada saat mempresentasikan masakan-masakan Indonesia selama acara berlangsung. Sebagai dampaknya, beberapa peserta yang kami dekati sesekali menegur kami dengan berkata “mantap” sambil tersenyum dan menunjuk makanan dan minuman dihadapannya. Bahkan, ada juga panitia lokal yang merupakan anggota organisasi IxESN yang bukan hanya berusaha mencari tahu cara membuat masakan-masakan tersebut dengan cara mengunjungi kami di dapur sambil bertanya, tetapi juga hingga meminta resep masakan karena tertarik untuk meramunya sendiri setelah mencicipi masakan-masakan tersebut dalam acara ini.

Kepuasan yang terlihat di wajah peserta, beberapa peserta acara yang minta tambah, serta banyaknya piring-piring kosong tanpa sisa makanan setelah acara memang memberikan kepuasan batin tersendiri bagi koki-koki muda ini, apalagi kita sebagai orang Indonesia memang cukup dikenal keramah tamahannya dalam menjamu orang lain dengan menyajikan masakan yang nikmat, sehingga tentunya juga merupakan suatu kebanggaan ketika makanan yang kita sajikan dinikmati oleh orang-orang yang menyantapnya. Di akhir acara, International kitchen ini lalu ditutup dengan sesi joget poco-poco bersama seluruh peserta yang dipimpin oleh Emilius Sudirjo.

Sudah sepantasnya kita bersyukur, alam tropis Indonesia menyediakan kita berbagai tanaman, rempah-rempah yang dapat diramu menjadi masakan yang cita rasanya telah dikenal di seluruh dunia. Alam Indonesia telah menjadi guru bagi kita dalam membuat masakan-masakan lezat yang kita pelajari secara turun-temurun dari koki-koki alami, orang tua dan leluhur-leluhur kita. Masakan-masakan lezat itu jualah yang seringkali membuat mahasiswa-mahasiswa Indonesia di negeri rantau sering teringat dan rindu akan kampung halaman, kampung halaman yang dikenal orang di dunia dengan nama “Indonesia”, dan kita menyebutnya “rumah”.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun