Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Bubur Ayura, Syiah dan 10 Muharram

16 Juli 2024   14:23 Diperbarui: 16 Juli 2024   14:23 32 0
Apakah itu bubur Asyura yang banyak disebut merupakan amalan di tanggal 10 Muharram?, dan benarkah bagian dari ritual kaum Syiah sebagaimana orang-orang itu merayakannya di hari yang sama setiap tahunnya?. Hal ini perlu dicermati dengan baik sehingga tidak asal-asalan memahaminya.

Kaum Syiah memang merayakan tanggal 10 Muharram namun berbeda dengan umat Islam pada umumnya yang menjalankan puasa, orang-orang ini melakukan ritual sadis dengan menyiksa diri hingga berdarah-darah sebagai peringatan atas wafatnya cucu Nabi di padang Karbala saat terjadi perselisihan.

Kaum muslimin dianjurkan melaksanakan puasa Asyura sebagaimana disebutkan dalam riwayat hadits Aisyah, bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada 10 Muharram sedangkan Nabi SAW berencana menjalankannya di tanggal 9 juga tahun depan namun belum terlaksana, tentu kondisinya yaitu menahan haus dan lapar.

Setelah seharian melakukan puasa itu pada waktu Maghrib kaum muslimin akan berbuka, hidangannya sesuai kondisi atau selera masing-masing, pada momentum inilah sebagian ada yang suka memasak bubur Asyura. Ini jelas tidak bisa disebut berkaitan dengan tradisi kaum Syiah setiap 10 Muharram.

"Lalu dianjurkan makan beramai-ramai, lebih kurang 600 tahun dahulu, jadi akhirnya lekat sekarang bubur hari yang ke 10 Muharram, Arab sebut Asyura kita lidah bubur suro," ungkap Ustadz Azhar Idrus sebagaimana dikutip dari video yang diunggah channel YouTube Ustadz Azhar Idrus Official pada 11 September 2019.

Sebelumnya Ustadz Azhar Idrus yang tinggal di Malaysia ini mendapat pertanyaan apakah bubur Asyura adalah amalan kaum Syiah, maka dijawablah bahwa yang datang membawakan Islam hingga ke tanah Melayu yaitu orang-orang dari Yaman, dari mubaligh di awal-awal kedatangannya itulah diajarkan puasa 10 Muharram.

Menurut Ustadz Azhar Idrus terdapat manuskrip yang menyebutkan hal ini, saat puasa Asyura itulah dianjurkan untuk buka bersama, hal itu terjadi sekitar 600-700 tahun yang lalu. Maka rekatlah hingga saat ini dengan istilah bubur hari ke 10 Muharram sehingga tidak ada kaitan dengan kaum Syiah.

Menurut Ustadz Azhar Idrus untuk melihat bahwa orang itu merupakan kaum Syiah yaitu dari sujudnya saat sholat yang mana pasti terdapat atau menggunakan kepingan tanah dari Karbala, hal ini banyak dibagi-bagikan di Kota Teheran Iran, sehingga tandanya bukan dilihat dari bubur Asyura.

Menurut Ustadz Azhar Idrus dahulunya Syiah menggunakan pasir dari Padang Karbala untuk sholat, hal ini sesuai fatwa-fatwa ulama kaum tersebut. Sebab orang-orang itu berpendapat bahwa tanah tersebut adalah suci lebih dari Masjidil Haram, biasanya akan ditaburkan saat ibadah 5 waktu.

"Itulah bidah dholalah yang sesat lagi menyesatkan telah keluar dari pada Islam, ini Syiah bukan buat bubur, tapi yang tidak benarnya kita Melayu dulu berbuka dengan bubur, sekarang berbuka saja, puasa sudah tidak ada." Lanjut Ustadz Azhar Idrus.

Perlu diketahui secara bahasa Syiah artinya pendukung atau pembela, pada masa Abu Bakar, Umar, Utsman penggunaan istilah ini belum bermakna suatu kelompok, bahkan Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih hidup selalu berbaiat kepada ketiganya tanpa menentang karena merasa dihalangi.

Orang-orang Syiah saat ini mengklaim bahwa Ali bin Abi Thalib dihalang-halangi untuk menjadi khalifah menggantikan Rasulullah SAW, ini tidak benar. Sejarah mencatat bahwa saat muncul perselisihan antara dirinya dan Muawiyah barulah makna kelompok yaitu pendukung mulai digunakan.

Syiah Ali berarti pendukungnya, sebaliknya bila disandingkan pada Muawiyah maka pembelanya. Namun pada saat itu kedua kelompok masih berpegang teguh pada prinsip-prinsip ahlus sunnah wal jamaah, Al Quran dan sunnah menjadi dasar amal perbuatannya, hanya saja peperangan yang tidak bisa dihindarkan adalah ijtihad masing-masing.

Perselisihan itu dimulai dengan tuduhan bahwa Ali bin Abi Thalib gagal belum bisa menghukum pembunuh Utsman bin Affan, sebaliknya sedangkan Muawiyah disebut telah melakukan pemberontakan kepada pemimpin sah. Tetapi keduanya tetap memiliki aqidah yang sama.

Dalam masa yang sangat panjang sejak perselisihan itu dimulai Syiah menunjukkan perbedaan yang nyata dalam aqidah, rukun imannya ada 5: at tauhid, an nubuwwah, al imamah, dan al mi'ad. Sedangkan di Islam: iman kepada Allah, kitab, malaikat, rasul, takdir, serta kiamat.

Demikian sedikit ulasan soal bubur Asyura yang banyak dibuat pada tanggal 10 Muharram, dimana ada yang mengatakan amalan orang Syiah, padahal tidak, wallahu a'lam bishowab, semoga bermanfaat.***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun