Elok-kan wajah manis di depan namun berwajah garang di belakang?
Buah manis mungkin lebih laris?
Untaian peristiwa tidakkah membuat kita sadar tentang arti kebenaran?
Apa yang telah kita tuliskan kemarin, sudahkah kita telaah kembali hari ini?
Hati-hati dengan cerita fiksi yang kita cipta, barangkali ia alasan masuknya kita ke neraka.
Raibnya kejujuran mengejawantahkan siapa diri kita
Empati, simpati jadi senjata, tapi nyatanya hanya dalih belaka untuk membuka kitab rahasia
Nurani kita dimana?
Untuk sebuah eksistensi, kita tanggalkan nilai kemanusian yang hakiki
Nanti saat tiba waktunya, dusta menusuk diri, fitnah mencabik hati, ghibah memecah kepala ini, itukah yang kita mau?
Gonggongan anjing tirani lebih baik dari celotehan manusia durjana
Aib diri saja masih tertutup kasih-Nya
Namun kita tidak kunjung sadar jua, mengapa?