Anggapan ‘Kiai’ sebagai gelar seseorang yang dihormati bagi orang Banjar adalah wajar. Pada zaman Hindia Belanda, ‘kiai’ adalah nama jabatan menteri pada Kerajaan Banjar, atau setingkat Wedana. Pemerintah Belanda lalu mengalihkan nama itu untuk jabatan kepala distrik wilayah Kalimantan. Pada awal-awal perang Banjar (1859-1905), misalnya, dikenal nama Kiai Adipati Anom dan Kiai Langlang sebagai pendukung perjuangan Pangeran Antasari.
KEMBALI KE ARTIKEL