Pada awalnya mendak atau peringatan hari kematian merupakan warisan budaya Jawa kuno yang berasal dari agama hindu karena pulau Jawa lebih dahulu dimasuki agama hindu dan agama budha, kemudian para ulama terutama walisongo (penyebar agama islam di Nusantara) melakukan akulturasi supaya agama islam lebih mudah masuk khususnya di pulau Jawa. Tidak hanya itu saja, masih banyak tradisi jawa yang di pakai wali songo sebagai mediator penyebaran agama islam, mulai dari pewayangan, gamelan, ziarah kubur, tahlilan, larangan menyembelih sapi di daerah kudus, dan lain sebagainya. Maka, para ulama wali songo berinisiatif menyusun rangkaian doa-doa dan wirid serta bacaan tahlil dan yasin yang di hadiahkan kepada almarhum, rangkaian-rangkaian wirid dan doa tersebut, sebagai ganti bacaan-bacaan peringatan kematian sebelum masukknya ajaran islam ke dalamnya yang berupa mantra-mantra, puja-pujaan kepada nenek moyang, benda-benda keramat, tempat-tempat keramat dan lain sebagainya. Oleh karna itu para ulama membuat beberapa adat baru dalam ajaran islam dikarenakan adat istiadat orang jawa sudah menganut beberapa ajaran dan nilai-nilai agama islam, seperti bersedekah, melaksanakan puasa, melakukan silaturrahmi, membangun toleransi dan lain sebagainya, sehingga para ulama kesusahan dalam memasukan agama islam ke pulauJjawa.
KEMBALI KE ARTIKEL