Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Tak Cukup Amal Perbuatan

19 November 2014   12:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 107 0
Tidak cukup dengan amal perbuatan

Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi menjelaskan, semua orang yang beragama harus mengisi kolom agama pada e-KTP, sebab jika tidak dicantumkan oleh pemerintah akan menimbulkan kerawanan sebagaimana yang diberitakan pada http://news.okezone.com/read/2014/11/11/337/1063702/hasyim-muzadi-protes-penghapusan-kolom-agama-di-ktp

Wakil Ketua DPRD M Suli Faris mengatakan, penghapusan kolom agama pada kartu tanda penduduk (KTP) merupakan pelanggaran pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana yang diberitakan pada http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/11/12/newj3w-penghapusan-kolom-agama-langgar-pancasila

“Saat ini di KTP-nya bisa dikosongkan dulu,” ungkap Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, mencoba mengakomodasi warga negara yang agama dan kepercayaanya tidak tercantum di dalam undang-undang. “Berdasarkan undang-undang (UU) baru enam agama. Kalau mau tambah, harus mengosongkan, nggak ada masalah,” imbuhnya lagi. Sebagaimana yang termuat dalam sebuah tulisan Ihshan Gumilar , Department of Experimental Psychology, Ghent University, Belgium yang dipublikasikan pada http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/14/11/12/newg77-sakit-jiwa-dan-kosongnya-kolom-agama

Berikut kutipan tulisan selanjutnya

***** awal kutipan *****
Tidak lama setelah pernyataan itu, sontak, ramai warga indonesia pun memberikan komen dan reaksi yang bermacam-macam. Apalagi para Muslim yang merasa cukup loyal terhadap nilai-nilai keislaman yang telah ada selama ratusan tahun di Indonesia.

Mari merenung sejenak! Umat Islam sepatutnya tidak usah merasa kaget dengan kebijakan kontroversial semacam ini.

Masalah pengkosongan kolom agama di KTP, barulah satu dari kebijakan kontroversial lainnya yang akan datang lagi.

Mengapa umat Islam harus merasa takut dan shock akan kebijakan yang tidak islami ini?

Bukankah ini hasil karya tangan mereka sendiri?

Dalam budaya Indonesia, orang akan dianggap positif jika ia dekat dengan masyarakat dan bergaul dengan orang-orang kalangan bawah.

Indonesia adalah masyarakat yang komunal, di mana berelasi dengan banyak orang mengindikasikan bahwa ia adalah orang baik dan patut diapreasiasi.

Dengan mempertimbangkan aspek psikologis budaya tersebut, maka umat Islam Indonesia akan sangat mudah disentuh jika calon pemimpin mereka dicitrakan sebagai seseorang yang komunal dan menyentuh masyarakat marginal serta ekonomi lemah.

Tapi, di lain sisi, alam bawah sadar masyarakat Indonesia menyimpan nilai-nilai agama yang cukup sakral.

Di Indonesia, banyak orang mengaku agamanya Islam, akan tetapi banyak pula dari mereka yang tidak pernah membicarakan dan bahkan mengetahui agamanya itu sendiri dengan baik dan benar.

Namun, jika ada saja seseorang yang menghina agamanya tersebut (Islam), dengan serta merta mereka akan membela mati-matian, walaupun ia tidak mengetahui dengan baik apa itu Islam.

Jadi, agama dalam konteks budaya masyarakat Indonesia masih menyimpan sebuah peranan yang penting, diakui atau tidaknya secara publik. Karena nilai-nilai agama, menjadi sebuah nilai yang esensial, di mana ia melekat pada psikologi masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, pernyataan tidak mempunyai agama adalah hal yang sangat tabu dan memberikan ancaman psikologis pada kebanyakan individu di Indonesia.

Eksistensi umat Islam juga merasa terancam. Karena hal ini akan memberikan ruang bagi siapa pun yang tidak beragama untuk tinggal di Indonesia.

Coba renungkan pertanyaan-pertanyaan kecil ini jika mereka pernah terlintas dalam pikiran kita dalam beberapa waktu ke belakang.

“Yang penting merakyat”, “Yang penting bukan turunan pejabat”, “Agamanya sih apapun lah, yang penting bersih”, “Yang penting dekat dengan wong cilik”. Tapi jarang orang Muslim yang mempertanyakan, “Bagaimana kualitas keberagamaannya?”

Hidup tanpa nilai tidak lagi menjadi masalah, yang penting desakan nafsu terpuaskan.

Jika sekarang para pemimpin yang terpilih memberikan kebijakan-kebijakan yang merugikan hak-hak umat Islam, maka tidak perlulah umat Islam merasa panik dan berteriak-teriak hingga kerongkonganpun terasa kering. Karena ini adalah bagian dari proses kausalitas (ada sebab dan akibat).

Orang tidak lagi berpikir dengan hati nurani. Adanya degradasi standar idealisme di kalangan umat, membuat umat menyesal berkepanjangan dan hanya bisa mengelus dada.

Pernyataan Tjahjo Kumolo ini adalah hasil dari apa yang kita pilih pada waktu memilih pemimpin.

Jika saat ini kita merasa tertekan dan takut, sepatutnya kita menyadari lebih dahulu apa yang dulu kita pilih.

Mungkin sebagian dari kita beberapa bulan lalu ada yang berpikir, “Pilih aja pemimpin yang tidak melanggar HAM.”

Lalu jika saat ini kaki tangan pemimpin tersebut mengeluarkan kebijakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, bukankah pemimpin itu ini telah melanggar HAM kaum Muslimin?

Bersabar sajalah wahai umat! Ketahuilah, bahwa hal ini adalah rentetan (domino effect) dari segenap perilaku kita pada saat memilih pemimpin.

Negara menjamin keberagamaan setiap warga negara, lalu jika seorang warga negara meninggal dan tidak disemayamkan menurut agama dan kepercayaannya (karena tidak terdata), lalu di manakah letak jaminan negara tersebut?

Apa mungkin seluruh pegawai kementerian dalam negeri mampu menghafal agama setiap individu yang jumlahnya sampai ratusan juta?

Penurunan idealisme dan kepudaran iman dikarenakan rendahnya pengetahuan tentang keislaman merupakan sumber dari segala rasa ketakutan yang menghinggapi umat. Jika boleh meminjam istilah psikologi, adanya gejala anxiety disorder dikalangan umat Islam.

Sebuah istilah psikologi ketika seseorang merasa khawatir yang sangat berlebihan hingga akhirnya ia tidak dapat lagi menjalani kehidupan sehari-hari secara baik dan normal. Selalu dihantui rasa khawatir,yang mana ia berawal dari pikiran mereka sendiri yang tertuang dalam perilaku.

Yang penting perut saya kenyang, terganjal, dan persetan dengan idealisme keberagamaan, adalah pemikiran yang dapat menggerus nilai-nilai keislaman dalam generasi muslim Indonesia mendatang.

Pada saat bersamaan, anxiety disorder dikalangan umat (kepanikan yang menyebabkan jiwa tergunjang) harus segera diredam. Semoga umat segera melakukan konsultasi kejiwaan dan mendapat ‘terapi’ yang benar, baik secara kognisi (pikiran) dan mental.

Karena penyakit ini akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan umat Islam lainnya. Jika tidak segera ditangani, maka lambat-laun sendi-sendi kehidupan umat akan luluh lantah tak berbentuk. Wallahu a’lam bimuradih.
****** akhir kutipan ******

Permasalahan kolom agama pada KTP mengingatkan berita pada http://www.suara-islam.com/read/index/11178/Guyonan-Tentang-Penghapusan-Kolom-Agama-pada-KTP

Berikut kutipannya

***** awal kutipan ****
Gerombolan kaum liberal yang membonceng di belakang gerbong pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, benar-benar menggunakan ajang Pilpres 2014 kali ini untuk merealisasikan semua cita-cita busuk mereka. Salah satunya adalah upaya penghapusan kolom agama dalam kartu tanda penduduk (KTP).

Adalah anggota Tim Ahli Tim Pemenangan Jokowi-JK, Siti Musda Mulia, yang menjanjikan hal itu. Gembong liberal yang dikenal sebagai pendukung kaum homo dan lesbi itu menjanjikan penghapusan kolom agama pada KTP jika pasangan ini terpilih. Sebab, keterangan agama pada kartu identitas dinilai justru dapat disalahgunakan. Hal tersebut ia ungkapkan saat diskusi mengenai visi dan misi capres, bertajuk “Masa Depan Kebebasan Beragama dan Kelompok Minor di Indonesia”, di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (18/6/2014).
****** akhir kutipan *****

Bahkan sebagai bahan pertimbangan, ada pula meyampaikan gambar di atas yang kami arsip pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/11/tidak-cukup-dengan-amal-perbuatan.jpg

Dalam gambar tersebut terdapat pernyataan “yang paling utama dinilai oleh Tuhan tentunya adalah amal perbuatan yang tercermin dari akhlaknya bukan agamanya karena sejatinya Tuhan sendiri tak beragama”

Pernyataan tersebut pada umumnya disampaikan oleh kaum SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme, Liberalisme) bahkan mungkin pula dari kaum atheis yang tidak mengakui agama (Tuhan) dan bagi mereka yang dibutuhkan hanyalah hubungan antar manusia yang baik. Manusia dari tanah dan akan kembali ke tanah. Kebaikan manusia yang akan dikenang oleh manusia sepanjang masa.

Setelah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam diutus oleh Allah Azza wa Jalla maka manusia yang tidak mau bersyahadat atau orang kafir,  segala amal atau perbuatan di dunia tidak mendapatkan manfaat di akhirat kelak.

Firman Allah Ta’ala yang artinya,

“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS Ibrahim[14]:18 )

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya” (QS AnNuur [24]:39 )

Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi kebaikan seorang mukmin, ganjarannya diberikan di dunia dan dibalas di akhirat. Adapun orang kafir, semua kebaikan-kebaikannya diberikan balasannya di dunia sehingga apabila di akhirat tidak ada lagi balasan kebaikan yang akan diberikan kepadanya.”

Kita sebaiknya dapat membedakan antara pluralis dengan pluralisme.

Gus Dur sangat menghormati pluralis (keberagaman) namun orang-orang disekeliling Gus Dur, ada yang salah memahaminya dan bahkan menyebut atau menggelari Beliau sebagai bapak Pluralisme.

Padahal Gus Dur adalah tokoh Islam terdepan dalam memerangi sikap-sikap intoleran terhadap penganut agama lain namun bukan tokoh Islam yang membenarkan agama selain Islam

Syaiful Arif dalam diskusi dan bedah buku hasil karyanya bertajuk “Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan” di hotel Akmani, Jl. KH Wahid Hasyim No. 91, Jakarta (12/11/2013) menyampaikan pendapatnya bahwa penyematan “Gus Dur Bapak Pluralisme” dinilai kurang tepat sebagaimana yang diberitakan pada http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,48190-lang,id-c,nasional-t,Penyematan++Gus+Dur+Bapak+Pluralisme++Dinilai+Kurang+Tepat-.phpx

“Saya tidak sependapat dengan penyematan gelar tersebut. Pasalnya, Gus Dur itu sangat konsen memperjuangkan kemanusiaan. Ketika beliau membela minoritas non-muslim, Tionghoa, Ahmadiyah, dan lain-lain, maka yang dibela adalah manusianya. Bukan institusi Tionghoa dan Ahmadiyahnya”. kata Arif.

Jadi yang diperjuangkan oleh Gus Dur adalah kemanusiaannya yakni mengakui, menghormati, toleran, merangkul, membela keberagaman manusia dengan keyakinannya (pluralis) bukan memperjuangkan membenarkan agama selain Islam atau memperjuangkan membenarkan pemahaman firqah Ahmadiyah dan firqah-firqah lainnya yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham).

Mayoritas kaum muslim pada masa generasi Salafush Sholeh adalah orang-orang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in

Sedangkan pada masa sekarang mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) adalah bagi siapa saja yang mengikuti para ulama yang sholeh yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti Imam Mazhab yang empat.

Para ulama telah mengingatkan bahwa saat ini NKRI sedang “diserang” oleh kaum liberal dan wahabi

Kalau belajar agama ke “Timur” maka kemungkinannya akan terpengaruh dengan paham ulama Najed yakni Muhammad bin Abdul Wahhab atau paham Wahabi yang disebarluaskan kerajaan dinasti Saudi dan  pada kenyataannya adalah sekutu dari Zionis Yahudi Amerika.

Para ulama dari beberapa negara telah melarang paham Wahabiyah sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/08/14/pelarangan-wahabiyah/

Sedangkan kalau belajar agama ke “Barat” maka kemungkinannya akan terpegaruh dengan paham liberal

Kalau anda membutakan diri dari dunia politik maka dapat saja terjadi penguasa negeri kita adalah sosok yang disokong oleh kaum Liberalisme, Sekularisme dan Pluralisme

Majelis Ulama Indonesia telah mengerluarkan fatwa No: 7/MUNAS VII/MUI/II/2005 tentang kesesatan paham pluralisme, liberalisme dan sekuarisme agama

Silahkan unduh (download) fatwa MUI pada http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/05/12.-Pluralisme-Liberalisme-dan-Sekularisme-Agama.pdf

Dalam fatwa MUI didefinisikan bahwa Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.

Hamad bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’

Dari Abu Musa al-Asy’ari , berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , “Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari umat sekarang ini. Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka. ”

Buya Hamka menjelaskan makna hadits tersebut dalam Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) , Juz I hal 217-218 sebagai berikut,

“dengan hadits ini jelaslah bahwa kedatangan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai penutup sekalian Nabi (Khatimil Anbiyaa) membawa Al-Quran sebagai penutup sekalian Wahyu, bahwa kesatuan ummat manusia dengan kesatuan ajaran Allah digenap dan disempurnakan. Dan kedatangan Islam bukanlah sebagai musuh dari Yahudi dan tidak dari Nasrani, melainkan melanjutkan ajaran yang belum selesai. Maka, orang yang mengaku beriman kepada Allah, pasti tidak menolak kedatangan Nabi dan Rasul penutup itu dan tidak pula menolak Wahyu yang dia bawa. Yahudi dan Nasrani sudah sepatutnya terlebih dahulu percaya kepada kerasulan Muhammad apabila keterangan tentang diri beliau telah mereka terima. Dan dengan demikian mereka namanya telah benar-benar menyerah (muslim) kepada Tuhan. Tetapi kalau keterangan telah sampai, namun mereka menolak juga, niscaya nerakalah tempat mereka kelak. Sebab iman mereka kepada Allah tidak sempurna, mereka menolak kebenaran seorang daripada Nabi Allah.”

Dalam fatwa MUI di atas telah pula diingatkan bahwa bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan

Firman Allah Ta’ala yang artinya,

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah [60]:8 )

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maa-idah [5]:8 )

Mario Teguh pernah ditanya apakah semua agama itu sama ?

Berikut jawaban beliau yang kami kutip dari http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/10/19/dirut-diri-sendiri/

***** awal kutipan *****
Ha…ha…ha…ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu.

Saya tidak akan mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan Windows Operating System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang menggunakan Windows XP kan?.

Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas. Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalam menyikapinya.

Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!?

Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima semua pemeluk agama lain.
***** akhir kutipan *****

Firman Allah Ta’ala yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)

Tidak ada paksaan namun pada ayat yang sama dijelaskan bahwa “Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat” (QS Al Baqarah [2]:256)

Pilihan bagi manusia hanyalah dua pilihan antara yang haq dan bathil ..

Setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Azza wa Jalla maka pilihannya hanyalah bersyahadat atau tidak bersyahadat.

Petunjuk / ilham akan pilihan ini telah dihujamkan ke jiwa (qalbu) setiap manusia tanpa kecuali

Firman Allah Ta’ala yang artinya,

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS Asy Syams [91]:8)

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (QS Al Balad [90]:10)

Setiap manusia akan mempertanggungjawabkan pilihan mereka di akhirat kelak.

Firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS An Nahl [16:93 )

Walaupun Allah Ta’ala menetapkan seorang manusia terlahir pada keluarga Yahudi , keluarga Nasrani maupun keluarga non muslim lainnya namun mereka tetap diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak atas pilihan mereka karena seluruh manusia jiwa/qalbu nya telah diilhamkan pilihan (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, pilihan yang haq dan bathil.

Firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai” (QS Anbiyaa’ [21]:23 )

Mereka yang memilih yang bathil sehingga mereka tidak bersyahadat maka mereka akan termasuk orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap yang telah bersyahadat

Firman Allah Ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )

Sedangkan mereka yang memilih yang haq sehingga mereka bersyahadat maka mereka bersaudara

Firman Allah ta’ala yang artinya, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” ( Qs. Al-Hujjarat :10)

Hal yang perlu kita ingat bahwa agama-agama selain agama Islam pada hakikatnya bukanlah agama namun sekedar apa yang mereka yakini karena dari sejak Nabi Adam alaihisalam sampai kepada Nabi terakhir, Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , agama hanyalah agama Islam, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/21/agama-hanya-islam/

Firman Allah Ta’ala yang artinya

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“. (QS Al Baqarah [2]: 132 )

“Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk”. Katakanlah : “Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik” (QS Al Baqarah [2]: 139 )

“Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka” (QS Ali Imran [3]: 19)

Para Nabi telah disampaikan bahwa kelak akan diutus Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bagi seluruh manusia sebagai penutup para Nabi

Firman Allah Ta’ala yang artinya

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” ( QS Al Baqarah [2]:146 )

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu“. ( QS Ali Imran [3]:81 )

Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. berkata: ‘Setiap kali Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang nabi, mulai dari Nabi Adam sampai seterusnya, maka kepada nabi-nabi itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menuntut janji setia mereka bahwa jika nanti Rasulallah Subhanahu wa Ta’ala diutus, mereka akan beriman padanya, membelanya dan mengambil janji setia dari kaumnya untuk melakukan hal yang sama’.

Berita kedatangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam kitab Hindu sebagaimana yang dapat diketahui dari sebuah blog reviewofreligions pada blogspot.com dengan judul tulisan “Berita datangnya Nabi Muhammad di kitab Hindhu yang kami arsip pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/11/berita-datangnya-nabi-muhammad-di-kitab-hindhu.pdf

***** awal kutipan *****
Dalam Atharvaveda Book 20 Hymn 127 verses 1-13 dikatakan : “Dia adalah Resi yang naik Onta dan pergi ke surga dengan kendaraan (dalam Islam ada peristiwa Isra Mi’raj dimana nabi Muhammad naik Buroq ke langit). Tidak mungkin itu orang India karena Reshi India (Brahman) tidak boleh naik Onta berdasarkan “Sacred Book of the east”, Volume 25, Law of Manu page 472. Menurut Manu Smirti Bab 11 ayat 202 “Seorang Brahman dilarang menaiki Onta atau Keledai.

Reshi ini bernama “Mamah Resi”. Tak ada Resi di India bernama “Mamah” yang bermakna “punya harga diri yang mulia”. Kata “Mamah” secara etimologis punya hubungan dengan bahasa Arab: “Muhammad” yang berarti “yang terpuji”, sedangkan “Mamah Rishi” adalah julukan bagi NARASHANGSA, sehingga Mamah Rishi = Narashangsa = Muhammad = Yang Terpuji. (STANLEY LANE POOLE, Speeches and Table Talks of the Prophet Mohammed, 1882).

MAMAH terkenal dengan 10.000 pengikutnya” “Nabi Muhammad berangkat bersama dengan 10.000 orang pada saat yang menentukan ini” (WASHINGTON IRVING, Life of Muhammad, Hal. 17). “…dan Muhammad membawa 10.000 pengikutnya ke Mekah” (STANLEY LANE POOLE, Speeches and Table Talks of the Prophet Mohammed, 1882).

Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu buku terakhirnya berjudul “KALKY AUTAR” (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu. Prof. WAID BARKASH (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri “KALKY AUTAR” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
***** akhir kutipan *****

Sedangkan berita kedatangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam pada blog yang sama dalam tulisan yang berjudul “Budha telah menggambarkan datangnya Nabi Muhammad” yang kami arsip pada http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/11/budha-telah-menggambarkan-datangnya-nabi-muhammad.pdf

***** awal kutipan *****
Menurut Chakkavatti Sinhnad Suttanta/ D. III, 76:

Akan muncul di dunia seorang Budha bernama Maitreya (yang baik hati), seorang yang suci dan kuat, yang tercerahkan, penuh kebajikan dalam tingkah laku, tepat, dan mengenal alam semesta”

“Apa yang telah dinyatakannya oleh pengetahuan supernatural miliknya akan di terbitkan ke seluruh alam semesta. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia dalam keasliannya, mulia pada puncaknya, mulia pada tujuannya, dalam jiwa dan tulisan. Dia akan memproklamasikan kehidupan religius, murni dan sempurna sepenuhnya, seperti saat aku sekarang mengkotbahkan agamaku dan memproklamasikan semacam kehidupan religius. Dia akan membuat masyarakat rahib berjumlah ribuan, seperti saat sekarang aku membentuk masyarakat yang berjumlah ratusan”.

Menurut Sacred Books of the East volume 35 pg. 225:

“Aku bukanlah Budha satu-satunya yang berkuasa dalam memerintah dan mengatur. Setelahku ada Budha yang lain, bernama “Maitreya” yang penuh kebajikan akan datang. Aku sekarang hanya memimpin ratusan, sedangkan dia akan memimpin ribuan.

Menurut The Gospel of Buddha by Carus pg. 217 and 218 (From Ceylon sources):

Ananda bertanya kepada yang terberkati : “siapa yang akan mengajar kami setelah engkau pergi?”.

“Yang terberkati menjawab : ” Aku bukanlah Budha pertama yang datang di atas bumi dan tidak akan menjadi yang terakhir. Pada waktunya seorang Budha akan muncul di dunia, yang suci, yang sangat tercerahkan,, penuh kebajikan dalam laku, tepat, mengenal alam semesta, seorang pemimpin yang tak tertandingi manusia. Dia akan mengungkapkan kepada anda kebenaran abadi yang sama, yang saya ajarkan. Dia akan mengkotbahkan agamanya, mulia sifatnya, mulia pada puncaknya dan mulia pada tujuannya. Dia akan mendeklarasikan suatu kehidupan beragama, sepenuhnya sempurna dan murni sepertisekarang saya nyatakan. Murid-muridnya akan berjumlah ribuan sedangkan muridku hanya ratusan.

Ananda bertanya : “bagaimana kita mengenalnya?”

Yang terberkati menjawab : “dia dikenal sebagai Maitreya”.

Kata Sansekerta ‘Maitreya’ atau ekuivalen dalam bahasa Pali “Metteyya” berarti mencintai, penuh kasih, penuh belas kasihan dan murah hati. Hal ini juga berarti kebaikan dan keramahan, simpati, dll Satu kata Arab yang setara dengan semua kata-kata ini adalah ‘Rahmat’. Dalam Surah Al-Anbiya:

Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semua makhluk (QS 21:107)

Kata ini hampir disebutkan 409 kali di Al-Quran. Huruf “Muhammad” juga dieja sebagai “Mahamet” dan berbagai ejaan lain. Kata “Maho” atau “Maha” dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti Agung dan Mulia, dan “Metta” berarti rahmat. Dan dalam bahasa Arab Sendiri Muhammad berarti “Penuh Kasih”.
***** akhir kutipan *****

Orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Shabi’in sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, jika mereka benar-benar mengikuti apa yang disampaikan oleh para Nabi terdahulu yang diutus pada kaumnya yakni beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh maka mereka akan mendapatkan kebaikan atau masuk surga.

Firman Allah Ta’ala seperti yang artinya

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah [2]:62)

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS Al Maidah [5]:69)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Para nabi diutus kepada kaumnya, sedang aku diutus untuk seluruh manusia“ (HR.Bukhari)

Namun pada kenyataannya orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, orang-orang Shabi’in mereka tidak mengikuti para Nabi yang diutus kepada mereka

Firman Allah Ta’ala yang artinya , “Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)

Mereka mengubah-ubah atau mengingkari apa yang telah disampaikan oleh para Nabi

Firman Allah Ta’ala yang artinya

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih“. (QS. Al Baqarah [2]:174)

“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]:78)

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At Taubah [9]:30 )

“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (QS An Nisaa’ [4]:46 )

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar“. (QS Al Baqarah [2]:111 )

“dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa.” (QS An Nisaa’ [4]: 157)

“Dan orang-orang Yahudi berkata: “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,” padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya“. (QS Al Baqarah [2]:113 )

Orang-orang shabiin adalah orang-orang yang dahulunya mengikuti para Nabi terdahulu kemudian mereka menyembah para Nabi atau orang-orang sholeh, menyembah api, matahari, bintang, dewa-dewa.

Kitab Veda (Hindu atau Brahmanisme) diduga diambil dari ajaran Nabi Ibrahim a.s atau disebut Abraham atau Brahma yang kemudian mereka menjadikan Brahma (ditengarai Nabi Ibrahim as), Wisnu (ditengarai Nabi Nuh as ), Siwa (ditengarai Nabi Adam as) sebagai dewa-dewa mereka dan Dewi Parwati (ditengarai Hawa)

Kitab Avesta (Zoroaster), Bible (khususnya kitab kejadian) ditengarai diambil dari ajaran Nabi Ibrahim as

Sedangkan kaum Sikh, Budha, Jainisme, Taoisme, Confusius (Kong Hu Chu), Shinto mengambil ajaran-ajaran Nabi terdahulu khususnya dalam etika atau berbuat kebaikan

Pada awalnya kitab-kitab mereka menyampaikan bahwa tiada tuhan selain Allah namun mereka mengubahnya menjadikan tuhan-tuhan selain Allah. Sebagian lagi merubah utusan Allah menjadi penjelmaan atau titisan Tuhan dalam bentuk manusia atau avatar dan lain lain

Contohnya sebagaimana yang dapat diketahui dari blog reviewofreligions pada blogspot.com dalam tulisan yang berjudul “Nabi Ibrahim, bapak para Nabi dan Imam semua bangsa- Bagian 1” yang kami arsip pada http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/11/nabi-ibrahim-bapak-para-nabi-dan-imam-semua-bangsa.pdf

***** awal kutipan *****
Konsep Tuhan Dalam agama Zoroaster (Dasatir, Ahura Mazda)

-Dia itu satu
-Dia lebih dekat padamu daripada dirimu sendiri
-Dia diatas segala yang kamu bayangkan
-Dia tanpa awal dan akhir
-Dia tak punya bapak, istri dan anak
-Dia tak berujud
-Tak ada yang menyerupainya
-Tak dapat dilihat dan dipahami dengan pikiran

Dalam agama Hindu juga terdapat konsep Tuhan sebagai berikut (dalam Upanishad, Upanishad = Pengetahuan Brahma (pengetahuan Ibrahim):

1. “Ekam evadvitiyam” (Dia satu satunya tanpa ada duanya) [Chandogya Upanishad 6:2:1]
2. “Na casya kascij janita na cadhipah.” (Tak punya orang tua dan tuan) [Svetasvatara Upanishad 6:9]
3. “Na tasya pratima asti” (Tak ada yang menyerupainya) [Svetasvatara Upanishad 4:19]
4. “Na samdrse tisthati rupam asya, na caksusa pasyati kas canainam.” (Ujud Nya tak dapat dilihat, tak ada yang bisa melihatnya dengan mata) [Svetasvatara Upanishad 4:20]

Vedanta mengandung arti “Upanishad” yang sesungguhnya. “Vedanta” berarti Veda terakhir yang merupakan tujuan Veda. Upanishad sebagai Konklusi (kesimpulan) dari Veda, dan secara kronologis muncul dari masa terakhir periode Veda. Beberapa Pundit (Pendeta) menganggap Upanishad lebih superior dari Veda.

Konsep Tuhan Menurut Veda :

Veda yang berbahasa sansekerta merupakan kumpulan dari : Rig Veda, Yajur Veda, Sam Veda dan Atharva Veda . Diantara Kitab ini Rig Veda merupakan yang tertua. Rig Veda dikompilasi dalam 3 masa yang lama dan berbeda.

Menurut Sarjana Hindhu atau orientalist kisah dalam Veda ada tidak lebih dari 4000 tahun yang lalu. Kepada siapa, dimana dan siapa pembuat Veda tidak diketahui dengan pasti. Dalam artian kitab ini kemungkinan dikumpulkan dari kisah-kisah tua di sekitar Asia tengah atau anak benua India. Kisah-kisah tua yang tertuang dalam ayat-ayat tersebut tidak berada dalam 1 tempat dan jaman yang sama. Saat itu tak ada nama buat kisah-kisah tua dalam ayat-ayat tersebut.

1. “na tasya pratima asti “Tak ada rupa buat Tuhan.” [Yajurveda 32:3]
2. “shudhama poapvidham” “Tuhan tak bertubuh dan suci.” [Yajurveda 40:8]
3. “Andhatama pravishanti ye asambhuti mupaste” “Mereka memasuki kegelapan bagi yang menyembah Elemen Alam (Udara, Air, Api, dll), dan terperosok dalam kegelapan yang besar bagi yang menyembah benda buatan semisal “Kursi, Meja, Patung dll”. [Yajurveda 40:9]
4. The Atharvaveda Book 20, hymn 58 and verse 3: “Dev maha osi” “Tuhan Maha Besar” [Atharvaveda 20:58:3]9**
5. “Na tasya Pratima asti” “Tak ada rupa buat Tuhan.” [Yajurveda 32:3]
6. “Ma cid anyad vi sansata sakhayo ma rishanyata” “Oh saudara, jangan menyembah apapun selain Dia, satu-satunya Tuhan, pujilah dia sendiri.” [Rigveda 8:1:1]
7. “Devasya samituk parishtutih” “Sesungguhnya, kemuliaan Tuhan Pencipta adalah Besar (Tuhan Maha Besar/Akbar) .” [Rigveda 5:1:81]

Agar ayat-ayat tersebut dapat dipelajari oleh generasi seterusnya, maka disusunlah ayat-ayat tersebut secara sistematis ke dalam sebuah buku oleh beberapa pemuka Hindhu. Setelah penyusunan dilakukan, ayat-ayat tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah kitab yang kemudian disebut Weda. Dan Veda di klaim sebagai kitab yang paling otentik dalam agama Hindhu. Veda inilah yang kemungkinan merupakan sumber langsung dari Nabi Ibrahim karena dalam Veda terdapat ajaran monoteisme dan Tauhid yang tegas. Yang bertentangan dengan Kitab Hindhu yang lain semisal Upanishad dimana di dalam Upanishad inilah ajaran Pantheisme berada.
***** akhir kutipan *****

Jadi setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Azza wa Jalla maka manusia dikatakan beriman kepada Allah jika manusia telah bersyahadat dan mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, jika tidak maka mereka akan masuk neraka.

Begitupula mereka yang mengatakan “hukum konstitusi di atas hukum agama” pada umumnya muncul dari kaum Liberalisme, Pluralisme dan Sekularisme sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/10/21/konstitusi-dan-hukum-agama/

Mereka mengatakan bahwa hukum konstitusi harus dikedepankan dari hukum agama.

Mereka mengatakan bahwa dalam bernegara harus menjunjung tinggi hukum konstitusi yang telah disepakati menjadi hukum positif, namun sebagai pribadi wajib menjunjung tinggi hukum agama

Dalam fatwa MUI di atas, definisi sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya berdasarkan kesepakatan sosial

Seluruh rakyat Indonesia tentu harus menjunjung tinggi hukum konstitusi namun kita sebagai hamba Allah tetap harus mengedepankan hukum agama daripada hukum konstitusi atau hukum agama di atas hukum konstitusi karena kita tidak boleh dalam melaksanakan konstitusi seperti bernegara namun melanggar hukum agama sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/10/22/kedepankan-hukum-agama/

Seluruh umat Islam harus mentaati hukum Islam, seluruh umat Nasrani harus mentaati hukum Nasrani. Artinya seluruh umat beragama harus mentaati hukum agamanya

Sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/10/22/jangan-menyalahi-hukum-agama/ bahwa dalam pembuatan maupun pelaksanaan hukum konstitusi, hal paling utama yang harus diperhatikan adalah ayat konstitusi tidak boleh melanggar hukum agama

Bagaimana mungkin rakyat melaksanakan hukum konstitusi sekaligus melanggar hukum agama ?

Jadi hukum agama di atas hukum konstitusi.

Dalam bernegara kita mengacu kepada Konstitusi. Sedangkan konstitusi mengacu kepada Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dan semua itu mengacu kepada sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa alias mengacu kepada hukum Allah (hukum agama)

****** awal kutipan ******
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :

Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,

serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
****** akhir kutipan ****

Sudah jelas sekali tercantum “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa ” dan ” negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa”

Dahulu memang NKRI pernah memberlakukan Undang-Undang Dasar Sementara namun berdasarkan keyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut maka dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang telah menetapkan bahwa UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit

****** awal kutipan ******
Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut,

Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,

KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA / PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

Menetapkan pembubaran Konstituante.

Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar Sementara
******* akhir kutipan ******

Prof. Kasman Singodimedjo, yang terlibat dalam lobi-lobi tanggal 18 Agustus 1945 di PPKI, menyatakan, bahwa Dekrit 5 Juli 1959 bersifat “einmalig”, artinya berlaku untuk selama-lamanya (tidak dapat dicabut). “Maka, Piagam Jakarta sejak tanggal 5 Juli 1959 menjadi sehidup semati dengan Undang-undang Dasar 1945 itu, bahkan merupakan jiwa yang menjiwai Undang-undang Dasar 1945 tersebut,” tulis Kasman dalam bukunya, Hidup Itu Berjuang, Kasman Singodimedjo 75 Tahun (Jakarta: Bulan Bintang, 1982).

Jadi, Dekrit Presiden Soekarno itulah yang menempatkan Piagam Jakarta sebagai bagian yang sah dan tak terpisahkan dari Konstitusi Negara NKRI, UUD 1945

Di dalam Piagam Jakarta termuat dengan jelas

****** awal kutipan ******
maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam suatu susunan negara Repoeblik Indonesia jang berkedaoelatan Rakjat, dengan berdasar kepada:

Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeloek2-nja*
******* akhir kutipan *******

Kesimpulannya kalau ada ayat konstutisi yang melanggar hukum Allah (larangan Allah) maka wajib direvisi.

Jadi tidak boleh satupun ayat dalam konstitusi di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melanggar hukum Allah (melanggar laranganNya) sedangkan suruhan Allah atau suruhan agama, berdasarkan agama masing-masing maka jalankan “sesuai dengan kemampuanmu” berdasarkan istinbat (hukum perkaranya) di mana perkara wajib tidak boleh ditinggalkan

Rasulullah mengatakan, “Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah“. (HR Bukhari).

Telah menceritakan kepadaku Salamah bin Syabib telah menceritakan kepada kami al-Hasan bin A’yan telah menceritakan kepada kami Ma’qil -yaitu Ibnu Ubaidullah- dari Abu az-Zubair dari Jabir bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Apa pendapatmu bila saya melaksanakan shalat-shalat wajib, berpuasa Ramadlan, menghalalkan sesuatu yang halal, dan mengharamkan sesuatu yang haram, namun aku tidak menambahkan suatu amalan pun atas hal tersebut, apakah aku akan masuk surga? Rasulullah menjawab: Ya. Dia berkata, Demi Allah, aku tidak akan menambahkan atas amalan tersebut sedikit pun (HR Muslim 18)

Firman Allah Ta’ala yang artinya “Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” ( QS An Nisaa’ [4]:17 )

Sebagai penutup tulisan marilah kita mengambil hikmah (pelajaran) dari kisah di waktu lampau

Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi.

Mereka berkata kepada Khalifah: “Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.”

“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar.

“Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya.

“Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu?

Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin!

Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau induknya!

Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau!

Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik?

Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara?

Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik?

Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?”

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”

Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!”

Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”

Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!”

Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”

Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab.

Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher)  peninggalan Rasul Allah Shallallahu Alaihi Wassalam.

Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”

Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: “Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah Shallallahu Alaihi Wassalam sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”

Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka.

Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!”

“Ya baik!” jawab mereka.

“Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali bin Abi Thalib.

Mereka mulai bertanya: “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”

“Induk kunci itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!”

Para pendeta Yahudi bertanya lagi: “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”

Ali bin Abi Thalib menjawab: “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”

Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: “Orang itu benar juga!”

Mereka bertanya lebih lanjut: “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!”

“Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!”

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”

Ali bin Abi Thalib menjawab: “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!”

Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!”

Ali bin Abi Thalib menjawab: “Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).”

Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”

Wassalam

Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun