Bulan lalu, pacar saya berjanji untuk membelikan saya barang A kalau dia sudah gajian. Tapi setelah gajian, dia tidak segera membelikan saya barang itu. Kalau orang bilang daya ingat cewek itu tajam, ya memang. Saya masih ingat janji itu, tapi saya nggak berani nagih. Kenapa? Karena saya bukan siapa-siapa. Saya baru pacar, bukan istri. Saya nggak berhak minta dibelikan barang ini itu.
Satu cerita lagi dari temannya teman. Sebut saja yang laki-laki sebagai A dan yang perempuan sebagai B. Si A bertanya pada teman saya yang seorang perempuan, "Pacarmu transfer uang berapa ke kamu setiap bulannya?". Teman saya kaget juga ditanya seperti itu. Dia menjawab, "Pacarku nggak pernah transfer. Memangnya kenapa?" Ternyata si B setiap bulan menagih jatah dari pacarnya, si A. Padahal mereka masih pacaran, belum menikah.
Kalau saya baca artikel-artikel curhatan dan beberapa cerita, saya melihat ada perempuan-perempuan yang menganggap bahwa pacar mereka wajib memenuhi kebutuhan materi mereka. Bagi saya dan temen-teman saya, ini salah besar dan sangat tidak adil.
Teman saya yang laki-laki takut dibilang pelit kalau tidak memenuhi kebutuhan pacarnya. Ini semakin tidak adil lagi.
Kalau teman saya minta pacarnya untuk menemani dia mengerjakan tugas, pacarnya tidak mau. "Ngapain aku kesana? Bawa pom pom?" Wah, bagi saya, ini sudah mendekati penganiayaan. Kalau seorang perempuan menuntut yang laki-laki untuk memenuhi kebutuhannya, sudah sewajarnya kalau laki-laki menuntut si perempuan untuk memenuhi kebutuhannya juga.
Mendengar pendapat saya dan teman-teman perempuan saya, teman saya yang laki-laki ini berkata, "Seandainya, semua perempuan seperti kalian."
Mendengar cerita seperti itu, saya jadi tahu mengapa para kaum adam selalu berkata "perempuan sulit dimengerti". Karena kalau saya ditanya mengapa perempuan sulit dimengerti, mengapa perempuan seenaknya sendiri, perempuan ini maunya bagaimana, saya sendiri juga tidak tahu jawabannya. Dan saya juga bertanya-tanya, mengapa ada perempuan seperti pacar teman saya itu. Hehehe...