Dalam kontestasi pemilihan pemimpin daerah, popularitas sering kali menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan masyarakat, mengesampingkan kompetensi dan keahlian calon. Meskipun kemampuan dan visi misi seharusnya menjadi penentu utama, kenyataannya, popularitas kandidat sering lebih menentukan hasil pemilihan. Fenomena ini semakin nyata di era digital, di mana media sosial dan pemberitaan memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik. Figur-figur yang sering muncul di media atau memiliki latar belakang di dunia hiburan kerap lebih dikenal, sehingga lebih mudah menarik perhatian pemilih, meski tak selalu memiliki keahlian yang diperlukan untuk memimpin.
KEMBALI KE ARTIKEL