Waktu menunjukkan pukul 14.45 WIB, lima belas menit lagi Sekar masuk kuliah. Sementara, jalanan yang harus ditempuh dari rumah sakit ke kampus sekitar 1 jam. Waktu itu kami masih berada di area rumah sakit.
Aku heran juga dengan raut wajahnya yang tenang dan nggak panik. Seolah nggak terjadi apa-apa. Lima belas menit lagi waktunya masuk kuliah lho, sementara waktu tempuh ke kampus masih jauh, tapi nih anak malah tenang-tenang aja. Pikirku. “Sekar kok keliatan tenang aja?” tanyaku. Lalu dengan santainya dia jawab, “Mau gimana lagi kak, nggak mungkin juga aku terbang atau naik jet biar cepat sampai di kampus. Ha-ha-ha…” Jawaban simple itu cukup membuatku tergelak. Dia begitu santainya menjalani hidup, nggak panikan.
***
Kurang lebih 3 minggu, Sekar ‘tinggal’ di Rumah Sakit menemani adiknya, Genta. Si Kecil Genta harus dirawat karena menderita diare yang nggak kunjung sembuh. Sejak kecil, Genta tertular HIV/ AIDS dan sekarang dia terbaring lemah di ruang perawatan. Sekar selalu sabar merawat adiknya yang kerap sekali merengek kalau disuapi makan, karena orang tua mereka sudah meninggal. Sekar juga yang tiap hari mencuci pakaian Genta, apalagi sekarang beberapa pakaiannya terkena feses. Sekar juga harus bolak balik antara rumah sakit, kampus, dan yayasan yang menjadi tempat tinggal mereka.
Sebelum Sekar melangkah pergi, kulihat dia mendaratkan kecupan hangat ke pipi Genta yang tertidur pulas. Ada rasa haru yang menjalar di diriku. Bagiku, Sekar begitu hebat, Sekar begitu kuat, Sekar memang cewek yang nggak gentar. Aku salut sama Sekar.