Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Tersesat di Jalan yang Benar

8 November 2024   09:20 Diperbarui: 8 November 2024   09:32 46 0
Perkenalkan nama saya Ziyadah Amalia Farah. Saya baru saja melewati sebuah perjalanan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Semua berawal dari mimpi besar yang saya bangun sejak awal masa SMA. Saya sangat menginginkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Saya telah membayangkan diri ini duduk di kampus impian, berhasil lolos seleksi tanpa harus mengikuti ujian. Ketika mengingat masa-masa itu, saya merasa sudah menyiapkan segalanya dengan matang. Banyak orang mengatakan bahwa SNBP adalah seleksi yang memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Kuncinya terletak pada strategi dan kesiapan diri. Saya tidak ingin bersikap sembarangan. Saya sudah menyusun pilihan jurusan dan universitas yang menurut saya memiliki peluang besar. Teman-teman saya mengatakan bahwa saya terlalu optimistis, namun saya tidak peduli. Saya yakin, dengan segala usaha yang telah saya curahkan untuk memperoleh nilai rapor yang baik, saya pasti akan berhasil. Hari pengumuman SNBP pun tiba. Saya duduk di depan laptop dengan jantung berdegup kencang, seperti sedang menghadapi ujian kembali. Setelah menunggu beberapa detik yang terasa sangat lama, hasilnya pun keluar. Nama saya tercantum tetapi ditandai dengan latar belakang merah menyala (tidak lolos). Saya benar-benar bingung, rasanya seperti mendapat tamparan keras. Padahal saya telah menggunakan strategi yang matang, tetapi tetap tidak diterima. Mungkin memang bukan jalannya. Setelah kegagalan di SNBP, saya tidak ingin berhenti di sana. Saya masih memiliki kesempatan melalui Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Kali ini, saya berjuang melalui jalur lain. Saya mengikuti tryout-tryout dari sekolah dan media sosial, belajar hingga larut malam, bahkan menyusun strategi baru untuk menghadapi soal-soal SNBT nanti. Rasanya tidak ada hari yang terlewat tanpa berlatih mengerjakan soal. Teman-teman dekat saya mengatakan bahwa saya terlalu serius, namun saya berpikir, jika bukan sekarang, kapan lagi?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun