Aku yang waktu itu masih anak bawang (aku baru duduk di semester awal, sedang kakakku sudah disemester akhir dan kami sama-sama kuliah di Yogya), penasaran dengan mimpi kakakku. Ketika kutanya sebabnya dia dengan santai menjawab, karena aku jatuh cinta kepada HB X. Ketika kukejar dengan pertanyaan kenapa jatuh cinta? , kakakku hanya menjawab, “tidak tahu, perasaanku mengatakan dia orang baik. Nah lho, tahu dari mana kalau HB X ini orang baik. Wong melihat aja Cuma dari kejauhan. Biyung…biyung. Kakakku tidak perduli dengan komentarku. Dia Cuma menjawab, “ siapa yang bisa melarang orang jatuh cinta?”. Wah susah juga menghadapi orang yang sedang keyungyung campur keblinger, pikirku waktu itu.
Gara-gara kakakku yang jatuh cinta setengah mati, plus setengah sendiri (jatuh cinta sendirian), aku jadi rajin membaca dan mengamati tingkah polah Sultan HB X.Ketika ada seminar di kampusku dan pembicaranya adalah beliau, aku penasaran ikut, seperti apa sih pemikiran beliau?. Ketika saya akan masuk ke lokasi kampus, di pintu parkir saya lihat mobil mercedez dengan nomor AB X HB. Saya lalu berpikir, wah ini pasti Sri Sultan. Saya putuskan untuk melihat, bagaimana sang Raja Yogya ini memperlakukan supirnya?. Ternyata jauh…. Dari yang saya bayangkan. Sultan membuka pintu sendiri dan turun sambil menenteng tasnya. What???? Aku jadi terkesima. Ketika sang supir selesai memarkirmobil, saya dekati dan menanyakan apakah Sang Sultan selalu begitu?. Jawabannya.“Ooooh, nggih mbak. Kanjeng Sultan nggih mekathen, merakyat saesthu”. La dalah akupun dengan cepat-cepat masuk ke ruang seminar karena seminar sudah dimulai.
Shoping Centre Yogya semakin hari semakin kumuh.Penjual buku bekas dan pasar induk buah dan sayur bercampur baur. Pemko Yogyapun ingin menertibkan pasar itu, menatanya sehingga menjadi taman danmemindahkan pasarnya ke daerah gamping. Pedagang tidak setuju. Mereka beranggapan kepindahan mereka ke gamping akan mengurangi pengunjung karena lokasi yang baru agak jauh dari pusat kota. Pemko Yogya berkali-kali melakukan mediasi, hasilnya buntu. Pedagang yang patah arang akhirnya mengadu kepada Sri Sultan.Sultanpun mendengarkan jeritan rakyatnya dan memberikan solusi jitu. Bangun dulu pasar gamping itu, bangun sarana jalannya, buat line biskota dan kobutri (salah satu jenis angkutan di Yogya pada masa itu, bentuknya seperti angkot dan berwarna kuning), lalu baru pedagangnya dipindahkan pelan-pelan. Solusi ini diterima kedua pihak, baik pedagang maupun pihak pemko Yogya. Terbukti, pasar gampingpun ramai, dan sekarang bekas komplek shoping centre itu sudah menjadi taman pintar, yang rapi, bersih dan menyatu dengan situs benteng Vreedenburg.
Lalu ada juga wacana menjadikan jalan Malioboro sebagai lokasi pedestrian yang tidak boleh dilalu kendaraan apapun. Kali ini siapa yang protes? Tukang becak dan sais andong. Merekapun mengadu pada Sri Sultan HB X dan HB X mendengarkan suara wong cilik. Beliau mengeluarkan pernyataan yang memihak mereka sehingga tukang becak dan sais andongpun lega.
Ini hanya beberapa contoh kecil, berupa tindakan kecil HB X saya ingat ketika saya masih tinggal di Yogya. Sesudah saya selesai sekolah dan bekerja, saya tetap rajin mengunjungi Yogya. Bukan karena nostalgia semata, tapi juga karena banyak keluarga besar saya yang tinggal disana. Termasuk kakak sepupu saya yang bermimpi itu. Hal lainnya adalah, saya merasa tentram di Yogya.
Saya jadi mengerti mengapa kakak saya jatuh cinta padanya. Begitu juga saya jadi mengerti mengapa ketika Jakarta (presiden SBY dn konco-konconya) ngotot mengatakan gubernur Yogya harus dipilih, banyak rakyat Yogya yang tidak terima, bahkan menantang referendum segala. Ini karena Sultan yang jadi gubernur karena penetapan, ternyata lebih bijaksana dan sangat mengayomi rakyatnya, jauh berbeda dari pemimpin lain yang dipilih langsung oleh rakyatnya. Tanya mengapa????????