Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Syariat Islam di tengah VISIT Banda Aceh Year 2011

25 September 2011   17:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 374 0

Sejak akhir Januari lalu kemeriahan tampak sudah di kota ini, hingar bingar di kota banda Aceh mengusik malam yang dingin, tak tanggung tanggung, mulai dari hiruk pikuk acara sekaliber Aceh fair, yang menghadirkan Para Pesohor Negeri semisal Ust. Jefri Al Bukhari, sampai Raja Dangdut Rhoma irama hadir meramaikan hajatan mega besar tersebut. Juga ada festival kebudayaan di peunayong, yang mempertunjukkan atraksi memikat dari barongsai barongsai dan beberapa kebudayaan masyarakat tiong hoa lainnya. Sampai pada Pameran Pameran IT dan Event Event besar lain yang membuat sebagian penduduk kota banda aceh larut dalam euphoria yang jarang terjadi di Aceh akhir akhir ini.

Setelah sekian lama di tunggu tunggu, program “Visit Banda Aceh year” akhirnya benar benar di kukuhkan juga pada tahun 2011 ini. Hal ini seolah menjadi pembuktian pada dunia bahwa pantai pantai Aceh tak kalah saing dengan pantai di Karibia, ombaknya pun seindah ombak di Gold Coast. Bahkan mungkin, sungai lamnyong tempat mahasiswa menonton pertunjukan laying laying nanti akan di sulap menjadi sungai yang gemerlapan bak sungai Thames di London agar menarik bagi para wisatawan.

Dengan di permudah oleh Visa on Arrival di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, berbagai macam orang dari seluruh dunia akan dapat menikmati keindahan alam dan keunikan budaya yang tak bosan bosannya di sampaikan pada kampanye VISIT Banda Aceh 2011.

Tujuan Program ini tentu saja penguatan pembangunan Ekonomi dengan mengkoleksi valuta asing dan menambah peredaran uang di banda aceh, jika hal ini benar benar seperti yang di rencanakan, maka sudah bisa di pastikan banda aceh akan menjadi kota yang mapan dalam waktu yang relatif singkat.

Dalam melihat sebuah fenomena, tentu di perlukan metodologi dalam menganalisanya agar tidak salah kaprah, dalam hal ini penulis mengamati langsung fenomena ini dan mewawancarai beberapa masyarakat sekitar yang daerahnya kemungkinan besar menjadi tempat wisata internasional. Selain itu juga di gunakan beberapa data sekunder dari internet dan beberapa surat kabar.

Tulisan ini mencoba melihat sejauh mana kira kira pengaruh program wisata ini membawa pengaruh negative terhadap moral dan budaya masyarakat kota banda aceh khususnya, dan masyarakat aceh pada umumnya.

Membayangkan Banda Aceh menjadi kota wisata adalah membayangkan Peselancar Negro dari Australia berambut gimbal dan bertelanjang dada menenteng papan selancar di Lampuuk, melihat Mahasiswa Amerika dengan dandanan ala Gypsi yang lebih mirip gelandangan sedang kepedasan menyantap Mie Aceh, atau melihat gadis gadis dari Jepang dengan dandanan Ala Harajuku berfoto di depan Mesjid Baiturrahman.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun