Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Surat dari Sikun, Republik Bencana

27 Agustus 2012   11:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16 238 0

Hari ini ketika surat ini mulai ditulis, negara Republik Indonesia ini berusia 67 tahun. Bukan lagi usia yang muda, yang kemudian diidentikan dengan masa yang labil dan membara dalam fase hidup manusia, yang sekaligus membatasi kaum muda untuk muncul sebagai pembaharu. Usia yg mulai menua dan ada harapan bahwa negara ini bisa menghantarkan rakyatnya menuju kehidupan yang layak sebagaimana bangsa yang merdeka.

“bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Maka perjuangan pergerakan kemerdekaan indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa, menghantar rakyat indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur”...

Membaca preambule dari pembukaan UUD tahun 1945, yang disusun sebagai landasan bernegara ada harapan yang besar bahwa setelah pengalaman panjang kolonialisme yang dihadapi rakyat bangsa ini, kehidupan yang lebih baik menjadi masa depan setelah merdeka. Ini kisah, kisah manusia bumi di bumi manusia yang bernama indonesia.

Tepat pada HUT RI 67, saya mendampingi Agung Nugroho, Field Officer Wilayah Kabupaten Belu dalam rangka Pilot Project Pemulihan Livelihood di Kawasan Pasca Bencana - BNPB tahun 2012 mengunjungi Sikun, sebuah desa terpencil akibat bencana banjir sungai Benenai di kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Belu, Propinsi NTT. Sikun adalah rangkain cerita yang selalu putus, akibat bencana dan ketidak pedulian.

Desa Sikun terletak kira-kira 70 km ke arahSelatan dari Atambua, Ibukota Belu, dan sepuluh km dari Betun, ibukota Kecamatan Malaka tengah yang direncanakan akan menjadi ibukota bakal Kabupaten Malaka yang saat ini masih dalam proses pemekaran.untuk mencapai wilayah republik ini, butuh ketangguhan tertentu. Hampir disetiap 5 km jalan, jalan yang terputus dan yg nyaris putus, minimal kerusakan total pada badan jalan.

Adalah sebuah perjalanan yg sukar untuk mencapainya. Paling tidak kita akan menemukan beberapa titik jalan yang putus selama bertahun-tahun,bahkan ada ruas jalan yang sudah belasan tahun nyaris putus dan tidak dibenahi. Melewati Halilulik kita sudah akan menghadapi beberapa jalan yang putus di wilayah Labur.Titik kerusakan jalan selanjutnya adalahTeun, wilayah kecamatan malaka timur yang panjang kerusakan jalan kira-kira sepanjang 100 meter. Teun merupakan salah tempat yang bisa menjaditempat beristirahat bila lelah dalam perjalan antara wilayah selatan kabupaten Belu menuju ibukota kabupaten ataumbua sekaligus pintu keluar untuk menuju kupang. Menurut salah satu penjaja dagangan yang ada Teun, jalan yang nyaris putus tersebut sudah sejak belasan tahun yang lalu. Beberapa kali dilakukan penanganan, tetapi selalu berakhir dengan kondisi yang sama. Terputuslebih dari separuh jalan. Secara kasat mata terlihat bahwa, jalan yang dibangun menghadang jalur air tanpa adanya jembatan, akibatnya air menggerus jalan dan mengakibatkan longsor pada sebagian badan jalan.

Melewati Teun, 15 menit perjalanan kami kembali harus ekstra hati-hati karena ada jalan yang nyaris putus di desa Sanleo karena longsor. Setelah titik kerusakan di desa sanleo, 20 menit perjalanan kemudian kami memasuki wilayah hutan Wemer. Di sini kerusakan jalan yg paling parah, sehingga transportasi yg menghubungkan antara Betun dan Atambua sempat terputus beberapa tahun, sebelum warga sekitar merintis jalan baru membelah punggung bukit lainnya. Hal ini tidak gratis dilakukan, mereka memungut biaya Rp. 5000 dari setiap kendaraan yang lewat. Terdapat 2 titik yang dikenakan pungutan oleh warga yang membuka jalan, ketika kami melintasi daerah tersebut. Jalan di hutan yang cukup lebat ini, terputus sepanjang kurang lebih 1 km.

Kerusakan ini sudah terjadi kurang-lebih 5 tahun yang lalu. Dalam beberapa audiensi yang dilakukan dengan pemerintah kabupaten, dikatakan bahwa pemerintah kabupaten tidak bisa berbuat banyak karena status jalan tersebut adalah jalan propinsi. Pelanggaran terhadap prosedur dan kewenangan menjadi ketakutan Pemda setempat untuk memperbaiki jalan yang putus sebab takut dipidanakan. Ditempat ini bencana dan kesulitan hidup masyarakat harus kalah oleh prosedur, hanya kepada waktu mereka bisa bertanya.

Setelah melewati Wemer, kami tiba di Betun. Kota kecil yang menjadi pusat dari wilayah Malaka ini menjadi daerah yang terisolir setelah terputusnya jalan penghubung tersebut. Berada di kota Betun, membuat kami merasa berada di dunia yang lain. Jauh dari republik yang merdeka. Seakan waktu berjalan mundur, dengan jarak terentang panjang dengan kemajuan yang sibuk dikampanyekan pemerintah. di Pusat maupun daerah. Sebelum jalan terputus, waktu yang di habiskan untuk menempuh perjalanan Atambua-Betun kurang lebih sejam lamanya. Kini perjalanan memakan waktu, dua jam lamanya.

Dari Betun, perjalanan kami lanjutkan setelah belanja kebutuhan selama berada di Sikun. Untuk sampai ke desa Sikun, kita harus melanjutkan perjalanan lebih jauh ke selatan, dengan kondisi jalan yang terus berubah kualitasnya, dari hotmix kasar, sampai ke jalan setapak. Bila perjalanan ini adalah sebuah cerita, makin lama cerita menjadi semakin kabur, hingga tak ada yang bisa di ceritakan. Hanya bisa merasakan, bagaimana bisa hidup di sini, di sikun. Terpenjara oleh lingkaran sungai, dan laut. Tanpa jembatan penghubung. Kematian bukan lagi cerita yang asing dan menakutkan di sini, apalagi hanya sekedar kelaparan. Bila banjir tiba, mereka hanya terkurung di rumah. Memakan apa yang ada, sambil berdoa agar air tidak menjadi semakin tinggi dan deras, dan ketika itu terjadi mereka tahu, saatnya menghadap sang empunya kehidupan.

Desa sikun dan beberapa desa lain terkurung oleh sungai Benenain dan anak sungai yang terbentuk di setiap musim penghujan. Bagi mereka kehidupan hanya berjalan tidak lebih dari 6 bulan, saat tanah kering dan bisa ditanami. Waktu yang tersisa hanyalah cerita tentang air, dimana mereka hanya menjadi penonton dan ditonton dunia luar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun