Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Butuh Cinta Yang Besar Untuk Menulis

6 Januari 2012   14:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 228 4

Bila seorang penulis menuliskan sesuatu tanpa kecintaan terhadap apa yang hendak ditulisnya, maka seketika tulisannya telah kehilangan arti maupun tempat bagi pembacanya, bahkan sebelum ditulis. Tulisan itu hanya akan menjadi seperti awan pekat yang menggantung di cakrawala, yang kemudian menjadi hujan lebat tiada henti hingga banjir. Orang-orang mengungsi sebab air yang ditumpahkan tak bersahabat, hadir sebagai bencana.

Bayangkan, bila awan tipis berserak di kaki langit mengisi senja yang perlahan luruh karena cintanya pada belahan bumi yang lain. Seandainya ia menjadi hujan, jadilah ia hujan yang bisa menjadi puisi bagi seroang penyair. Berguna bagi bumi yang rindu perjumpaan.

Sebuah syair yang menjadi penting, bukan karena ditulis dengan permainan kata-kata indah namun mengambang ketika bertemu dengan kesadaran pembacanya. Sebuah syair berarti, ketika apa yang dilukiskan dengan penuh kecintaan meninggalkan sesuatu bagi yang membaca. Terhenyak, tersentuh, marah, menangis, larut dalam kenangan, pun hanyut oleh imaginasi. Oleh beberapa puisi, waktu serasa berhenti sejenak. Hanya ada perjumpaan antara pembaca dan puisi. Kontak anatar pmbaca dan puisi menghilangkan kenyataan lain, sesaat ketika pesan yang disampaikan mengena di pikiran maupun perasaan pembaca.

Kecintaan dalam menulis puisilah yang menjadikan seorang penyair tekun mencari diksi, agar menjadi sebuah puisi. Membuat seorang peneliti tetap teguh menanti kesempatan dalam proses investigasi yang buntu. Butuh kesabaran, ketekunan dan juga perjumpaan yang mesra dengan apa yang hendak ditulisnya.

Tulisan ini dibuat ketika hendak membuat suatu tulisan yang sedianya akan dikirimkan ke media cetak popular di negeri ini. Tiba-tiba muncul perasaan muak. Sudah banyak tulisan yang dihasilkan jutaan intelektual, baik yang sudah punya nama besar hingga yang baru saja memperkenalkan dirinya. intelektual baru. Penuh pupur dan gincu di wajah hingga yang sebenarnya dari paras wajahnya tersembunyi.

Ketika sebagai penulis terasing dari apa yang dituliskan, apalah artinya tulisan yang akan dihasilkan. Ini bukan sekedar sinisme, tetapi mengenali posisi ketika menulis. Menulis harus dimulai dengan kecintaan, sehingga persoalan menjadi menarik untuk ditelusuri, sabar untuk dibaca, jeli dalam memahami.

Memperkosa gerak, mengingkari arti

Dalam tradisi silat sebagai gerak material dari kebudayaan ada wisdom “ janganlah melakukan pertarungan yang tidak perlu, apalagi bila memperkosa gerak”. Bila itu terjadi efeknya tidak saja dirasakan oleh sang lawan, diri sendiripun akan mengalami akibatnya. Persoalan tidak terletak pada meniadakan kesalahan sebagai proses belajar, tetapi pada bagaimana memahami suatu proses bertindak. Mengapa mengambil tindakan, bila itu tak dibutuhkan. Yang terjadi hanya sekedar ajang ngartis, atau unjuk kebolehan. Seorang satria harus memiliki kecintaan dan kesadaran dari proses bersilat.

Kesadaran gerak ini bisa menjadi sebuah peta yang menunjukkan arah bahwa melemparkan wacana, dogma maupun gagasan tanpa kesadaran utuk menubuhkan dalam perilaku atau gerak sehari-hari, maka mutlak apa yang diartikulasikan tersebut tak berfaedah bagi kehidupan maupun kemanusiaan. Point pentingnya adalah belum tentu yang berwacana, yang memberikan dogma melakukan apa yang disampaikannya.

Kembali lagi pada menulis sebagai sebuah surat cinta dengan niat memberikan perhatian pada persoalan maupun kejadian yang terjadi. Produksi tulisan yang menghiasi kolom opini media cetak popular tak pernah berkurang. Selalu ada yang menulis.

Menulis bukanlah sekedar kerja intelektual. Menulis harus memiliki posisi yang berpihak pada kemanusiaan. Maka mencintai apa yang dituliskan menunjukkan bahwa si penulis memiliki kepedulian terhadap proses kemanusiaan.

Banyak bencana yang dialami masyarakat bangsa di negeri ini. Baik yang disebabkan oleh alam, bencana politik hingga bencana yang diciptakan Negara melalui apparatus repressifnya. Pada titik ini butuh kecintaan yang besar dari para penulis untuk terus mengurai persoalan demi persoalan yang saban hari dialami.

JPT

Yogyakarta, 07 Jan 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun