Ketika kita mengunjungi Klenteng, apalagi pada saat perayaan IMLEK, Dupa-dupa dan Lilin setinggi 2 meter sudah sangat biasa dijumpai, asap dupa yang mengepul-ngepul dilangit hingga menyesakkan paru-paru dan membuat perih mata. Pada awal mula diciptakan Dupa hingga sekarang ini, Dupa memiliki banyak fungsi, mulai dari ritual agama untuk persembahan dewa-dewa, mengusir roh-roh jahat, untuk relaksasi bahkan untuk pengobatan (baca: http://bbc.in/zHXKXv), namun perlu diperhatikan, Dupa akan bermanfaat apabila dalam jumlah yang sedikit dan Dupa terbuat dari bahan alami yang memang berfungsi untuk pengobatan/relaksasi.
Sekarang ini dupa telah banyak mengalami perubahan, mulai dari corak, aroma serta bahan-bahan pembuatannya. Zaman serba cepat ini mana mungkin produsen bisa menunggu bahan baku alami yang prosesnya harus memakan waktu lama. Bahan kimia seperti bibit pewangi, pewarna dan beberapa macam lagi sudah dipakai bahan kimiawi.
Dan penelitian yang sekarang mencuat adalah Dupa dapat menyebabkan ASMA karena Dupa menciptakan zat berbahaya, seperti bensol dan poliaromatik hidrokarbon. Menghirup asap Dupa terlalu banyak dapat menyebabkan berbagai kanker pernafasan, termasuk kanker oral, saluran pernafasan dan paru-paru. Paparan dalam waktu yang lama dan sering terhadap pembakaran dupa berhubungan dengan peningkatan risiko signifikan dari squamous cell cancers pada organ pernafasan bagian atas. (baca: http://bit.ly/dtmgZA)
Membakar dupa dengan pengertian yang tidak benar adalah perbuatan bodoh dan sia-sia bahkan sangat merugikan. Menurut saya secara personal, dari pada membakar Dupa segepok banyaknya, segaban besarnya. Lebih baik uang untuk membeli dupa didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Atau digunakan untuk membeli bibit pohon untuk ditanam. Secara akal sehat, hal itu lebih berarti dan bermanfaat.
CMIIW, Elwin Zhang
Gong Xi Fa Cai