Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Opini : Konvergensi Media dan Tantangannya

18 Januari 2022   12:57 Diperbarui: 18 Januari 2022   13:32 122 0
Publikasi di media sosial saat ini memunculkan konten yang sangat beragam. Genre masyarakat serta selera tentang sesuatu hal akan berbeda dari individu satu dengan individu lainnya. Seluruh proses tersebut dapat dikatakan sebagai akibat dari adanya konvergensi media.

Menurut Henry Jenkins, Konvergensi Media menjadi sebuah aliran konten yang disebabkan oleh adanya kerjasama industri dengan media serta adanya kegiatan migrasi media. Hasilnya akan jelas dirasakan oleh pengguna media baru untuk mendapatkan berbagai macam informasi dari beberapa jenis menjadi satu kesatuan praktis. Banyak hal yang memengaruhi seseorang untuk lebih memilih menggunakan media baru untuk membantu melakukan pekerjaan.

Media Konvergensi merupakan sebuah masa peralihan dimana berbagai macam hal banyak dialihfungsikan kegiatan dan fungsinya melalui media sosial. Apapun dan mencakup banyak hal di dalamnya.

Media konvergensi ini juga memandang bahwa kefisienan sangat penting disamping berbagai aktivitas manusia yang sangat beragam dan dengan waktu yang mungkin kurang. Oleh karena itu, konvergensi media muncul untuk menyelesaikan berbagai hal yang masih menjadi persoalan banyak individu.

Salah satunya yaitu disebabkan oleh kesibukan setiap individu untuk harus mencari satu per satu sumber terkait, nah dengan adanya konvergensi media akan semakin memudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.

Misalnya pada handphone yang memuat berbagai fitur aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, Shopee, Zoom, Google Classroom, Edmodo, dll. Selain dapat digunakan untuk kepentingan personal chat, dapat juga digunakan untuk belajar, kuliah, bermain game, dan masih banyak lagi fungsinya.

Adanya perkembangan media baru saat ini, dikarenakan sebuah perkembangan dari hal yang sangat sederhana dan mengalami pembaharuan yang terus menerus dan berkelanjutan. Artinya tidak ada satupun media yang menurunkan kualitasnya, justru menambah kualitas agar orang lain tertarik untuk mencobanya.

Konvergensi media saat ini tidak dibatasi oleh apapun, segala hal yang menjari cirri dalam media telah menjadi satu dalam satu platform. Dan tidak ada satupun orang yang dapat menghentikannya.

Semakin mudah seseorang dalam menjalani profesi kehidupannya dengan adanya media konvergensi, maka akan semakain tinggi juga tingkat kualitas manusia yang dapat menciptakan bentuk media konvergensi ini. Tidak dapat dipungkiri jikalau manusia hanya mengandalkan kertas dan pena yang secara fisik akan cepat hilang maka akan menjadi banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk find out.

Dalam konvergensi, dapat berupa penggabungan dari beberapa teknologi analog transisi ke media digital. Serta beberapa unsur media masa dengan teknologi analog ke digital, kemudian menjadi satu kesatuan yang saling berimbang dan saling melengkapi dan dibutuhkan.

Pengalaman merasakan adanya perkembangan teknologi ini mengingatkan saya terhadap suatu hal. Yaitu waktu ketika malam hari yang telah menyepi, saya merasakan rasa lapar yang sulit untuk ditunda. Ketika sudah habis juga makanan yang ada di dapur, saya berniat untuk memesan makanan menggunakan gofood. Sebuah layanan aplikasi yang memuat fitur beragam seperti gojek, godrive, gopay, gobox, serta gofood, yang mana masing-masing memiliki fungsinya sendiri-sendiri.

Gofood memudahkan user untuk memesan makanan tanpa adanya suatu usaha untuk mendapatkannya. Hanya cukup dengan berdiam diri di rumah, maka pesanan makanan akan sampai dengan sendirinya tanpa adanya usaha untuk membeli di toko. Sangat mudah, bukan?. Platform offline yang telah masuk kedalam era digitalisasi ini memungkinkan adanya kecanggihan serta keefisienan yang yang didapat. Sehingga  dalam kondisi apapun selalu ada solusi yang terpecahkan.


COVID-19 yang sedang marak di dunia ini mengakibatkan pribadi individu mau tidak mau harus melakukan pembatasan interaksi sosial secara langsung. Hebohnya wabah ini membuat berbagai bidang kehidupan sedikit-sedikit mulai tergantikan. Maret 2020 tahun lalu, menjadi kuliah terakhir semester dua saya di Universitas Ahmas Dahlan. Kegiatan akademik secara serentak ditunda tatap muka. Mahasiswa tidak lagi pergi ke kampus untuk melakukan perkuliahan seperti biasa. Namun, diganti dengan suatu sistem pembelajaran yang baru yang lebih digital. Yaitu melakui Google Meet, Zoom, dll untuk mempermudah mengkoordinasikan keberlangsungan kuliah daring.

Pengalaman saya di atas memperlihatkan bahwa konvergensi media tidak hanya melalui hal-hal tertentu saja. Namun, cakupannya luas dan melebar kemana-mana. Penggunakan Gmeet dan Zoom mengefektifkan kegiatan selama pandemi ini kian lebih intens dilakukan karena menggunakan sistem daring.

Hambatannya yang masih menjadi permasalahan hingga saat ini yaitu terkait signal yang tidak stabil, suara yang ditangkap putus-putus, selalu terjadinya noise karena keadaan mahasiswa yang mengikuti kuliah daring tidak sama. Bahkan waktupun juga berbeda. Misal perkuliahan dilaksanakan 15:30 ada daerah yang sudah  petang bahkan juga ada yang masih siang. Hal seperti ini jelas masalah yang berkaitan dengan waktu yang berbeda-beda menyebabkan tidak adanya keserentakan  tenggat waktu. Apalagi saat submit tugas.

Jenis gangguaan yang random ini mengakibatkan terjadinya miss komunikasi dalam diskusinya. Antisipasi yang baik adalah seperti mendengarkan dan mengirim pertanyan dikolom chat pada aplikasi baik gmeet maupun zoom, selain itu juga dengan memastikan keberadaan signal yang cukup kuat untuk menggaksses audio dan open video pada saat kuliah berlangsung.          

Potensi dari adanya konvergensi ini akan memunculkan kreativitas dan ide-ide baru dalam menciptakan suatu hal. Selain itu juga dapat sebagai sumber informasi yang individu pasti memiliki rasa untuk mendapatkannya, seperti adanya handphone. Pasti seluruh teman-teman saya Prodi Ilmu Komunikasi UAD khususnya akan memiliki telepon genggam sendiri karena kebutuhannya yang ada di dalamnya.

Adakalanya sesuatu yang dirasa sangat berat, apapun itu termasuk juga masalah. Pasti akan ada jalan keluar. Namun, jalan keluar seperti apa yang akan kita rasakan?

Mudah bagi seseorang yang memiliki akses untuk mendapatkan tujuan. Serta mudah juga bagi seseorang yang miliki kelebihan baik itu tenaga dan harta untuk mendapatkan segala hal. Justru seseorang yang telah tertinggal baik teknologi dan kebudayaan, maka akan semakin sulit  bagi orang tersebut untuk menikmati hal yang dirasa lumrah oleh kebanyakan orang.


Posisi seperti ini dialami oleh mereka yang tertinggal jauh disana, para sesepuh dan orangtua yang tidak menetap di ibu kota. Memang benar bahwa konvergensi media membuat hal yang terasa sulit untuk dilakukan malah justru semakin mudah untuk mendapatkannya.

 Namun konvergensi media tidak secara rata tersebar diseluruh wilayah nasional, wilayah Indonesia. Hal ini bukan karena faktor penyebabnya, melainkan karena keengganan untuk mencoba. Saya pribadi percaya, bahwa dari sekian banyak orang yang tertinggal di sana, pasti ada seseorang yang tau akan konvergensi media secara umum. Sehingga masyarakat tertinggal tersebut minimal tau perkembangan media saat ini seperti apa.

Agar menciptakan iklim media di Indonesia menjadi sehat, maka beberapa hal perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Seperti misalnya memanfaatkan aplikasi dan fitur secara bijak, dan memilih dan memilah mana media yang menimbulkan potensi baik dan buruknya, serta melihat bagaimana akibat dari kita mengakses atau mengikuti media tersebut. Apakah baik untuk probadi atau hanya sebagai hiburan semata.

Sejatinya semua tergantung dari setiap individu. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang lebih tinggi akan menjadikan media sebagai teman baiknya untuk melakukan riset dan segala macam hal yang berkaitan. Oleh karena itu perlunya SDM yang baik juga sangat bergantung pada kondisi iklim media di Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun