Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Strategi Jitu Menginsersi Nilai Toleransi di Madrasah

1 Februari 2025   05:37 Diperbarui: 1 Februari 2025   05:37 14 1
Subuh ini penulis masih ingin melanjutkan pembahasan yang ditulis kemarin tentang Kurikulum Berbasis Toleransi di Madrasah  Upaya Membangun Generasi Yang Harmoni. Untuk bisa membangun idealitas harmoni maka strategi jitu yang harus dilakukan di madrasah adalah

  1. Integrasi Nilai Toleransi dalam Kurikulum
    Salah satu strategi utama dalam menanamkan nilai toleransi di madrasah adalah mengintegrasikan konsep toleransi dalam berbagai mata pelajaran. Guru memulai dengan menuangkan nilai toleransi yang akan disisipkan dalam pembelajaran pada perencanaan pembelajaran baik itu RPP untuk Kurukulum 13 atau Modul untuk Kurikumlum Merdeka. Sebagai contoh dalam pelajaran akidah-akhlak, peserta didik diajarkan bahwa Islam mengedepankan nilai kasih sayang dan menghargai perbedaan. Dalam sejarah Islam, peserta didik dapat belajar tentang berbagai contoh toleransi yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, seperti Piagam Madinah yang menjadi dasar hidup berdampingan antarumat beragama. Pengajaran bahasa dan sastra juga dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan toleransi melalui cerita-cerita inspiratif. Dengan pendekatan ini, peserta didik tidak hanya memahami toleransi secara teori, tetapi juga dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.
  2. Kegiatan Madrasah yang Membutuhkan Sikap Empati
    Empati adalah kunci utama dalam membangun sikap toleransi, dan madrasah dapat menanamkan nilai ini melalui berbagai kegiatan sosial. Para stakeholder madrasah harus memasukkan program ini dalam kegiatan madrasah. Misalnya, kegiatan bakti sosial yang melibatkan peserta didik dalam membantu masyarakat tanpa membedakan latar belakang agama dan suku. Selain itu, program seperti "Madrasah Peduli" dapat menjadi wadah bagi peserta didik untuk mengunjungi panti asuhan, rumah ibadah lain, atau berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan. Kegiatan-kegiatan ini melatih peserta didik untuk memahami kondisi orang lain, sehingga mereka lebih terbuka terhadap keberagaman dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
  3. Pemberdayaan Guru dalam Pembelajaran Toleransi
    Guru memiliki peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai toleransi. Oleh karena itu, madrasah harus memberikan pelatihan khusus kepada guru agar mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang toleransi dan cara mengajarkannya kepada peserta didik. Pelatihan ini bisa berupa workshop tentang metode pengajaran inklusif, cara menangani perbedaan pendapat di kelas, dan pendekatan interaktif dalam menanamkan nilai-nilai toleransi. Selain itu, guru juga harus menjadi teladan dengan menunjukkan sikap terbuka, menghargai perbedaan, dan membangun komunikasi yang baik dengan semua peserta didik tanpa diskriminasi.
  4. Menyelesaikan Konflik dengan Bijaksana
    Konflik dalam lingkungan madrasah tidak bisa dihindari, tetapi cara penyelesaiannya harus mencerminkan nilai-nilai toleransi. Guru dan tenaga pendidik perlu menerapkan pendekatan mediasi dalam menyelesaikan konflik di antara peserta didik. Alih-alih memberikan hukuman langsung, pendekatan dialog dan musyawarah harus digunakan untuk mencari solusi terbaik. Selain itu, madrasah dapat membentuk tim mediasi yang terdiri dari guru, peserta didik, dan staf lainnya untuk membantu menyelesaikan konflik dengan pendekatan yang adil dan tidak memihak. Dengan cara ini, peserta didik belajar bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan dapat diselesaikan dengan cara yang damai.
  5. Kegiatan Madrasah yang Mendorong Keragaman
    Untuk menanamkan sikap menghargai perbedaan, madrasah perlu menyelenggarakan kegiatan yang mendorong keragaman, seperti lomba budaya, festival makanan khas daerah, atau diskusi lintas agama. Kegiatan ini dapat menjadi sarana bagi peserta didik untuk mengenal budaya dan tradisi yang berbeda, serta memahami bahwa keberagaman adalah aset yang harus dirayakan, bukan dijadikan alasan perpecahan. Dengan adanya kegiatan semacam ini, peserta didik akan lebih terbuka dalam menerima perbedaan dan memahami bahwa persatuan tidak harus berarti keseragaman.
  6. Penciptaan Lingkungan yang Inklusif
    Lingkungan madrasah harus menjadi tempat yang nyaman dan inklusif bagi semua peserta didik. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan memastikan bahwa kebijakan madrasah tidak diskriminatif terhadap siswa dari berbagai latar belakang. Selain itu, madrasah harus menyediakan ruang yang aman untuk berdiskusi dan mengekspresikan pendapat, serta memastikan bahwa tidak ada praktik bullying atau pelecehan berbasis perbedaan agama atau etnis. Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif, peserta didik merasa diterima dan dapat belajar dengan nyaman tanpa merasa dikucilkan.
  7. Penguatan Karakter Toleransi
    Penguatan karakter toleransi harus dilakukan secara berkelanjutan melalui berbagai program pembiasaan. Contohnya adalah dengan membiasakan peserta didik untuk menggunakan bahasa yang sopan dan tidak menyakiti orang lain, membangun kebiasaan untuk menyapa dan menghormati semua orang tanpa melihat latar belakangnya, serta menanamkan nilai gotong royong dalam berbagai aktivitas madrasah. Selain itu, madrasah dapat memasukkan program mentoring atau bimbingan konseling untuk memberikan pendampingan kepada peserta didik agar mereka dapat mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun