Namun, pada kenyataannya terselenggaranya pendidikan nasional ini banyak sekali hambatannya. Salah satu hambatan terbesarnya adalah bagaimana carainya memadukan keberagaman kebudayaan lokal tersebut dalam satu kurikulum yang bersifat nasional. Pendidikan sering disalahkan artikan pada pendidikan yang menekankan standar pencapaian nasional dan global.
Banyak daerah mengimplementasikan kurikulum yang homogen dan tidak mencerminkan kebudayaan lokal daerah setempat. Padahal, budaya lokal menjadi integritas dari indentitas anak-anak di daerah tempat mereka tinggal.
Misalnya di pedesaan atau komunitas adat, pendidikan formal seringkali kali tidak sesuai dengan konteks sosial dan budaya setempat. Sehingga banyak dari mereka yang merasa tidak cocok dan tidak terhubung dengan materi yang diajarkan. Hal ini menyebabkan banyak anak anak berakhir memutuskan untuk berhenti bersekolah. Â Melihat yang demikian, pemerintah harus mengkonsep dengan bijak dan lebih inklusi serta adaptif atas alur penerapan pendidikan nasional ditengah kebudayaan lokal. Sekaligus pemerhatian yang baik terhadap fasilitas dan mobilitas pendidikan agar pendidikan nasional bisa tersebar secara merata dan penyampaiannya seimbang dengan kebudayaan lokal.
Arus globalisasi sekarang juga menambah tekanan terhadap pendidikan nasional. Dimana cepatnya arus informasi yang meluas di media sosial sering kali membuat kebudayaan lokal terpinggirkan dengan kebudayaan global yang lebih cepat dan lebih besar skala
Sehingga generasi muda tidak lebih tertarik kepada kebudayaan lokal sendiri dibandingkan dengan kebudayaan global.
Pendidikan nasional harus dijalan dengan baik ditengah banyaknya kebudayaan lokal. Pengaturan dan pelaksanaan kebijakan harus direalisasikan dengan inklusif dan adaptif. Dukungan kelayakan fasilitas juga perlu diperhatikan dan penataan kurikulum yang seimbang sesuai kebudayaan lokal dapat membantu mewujudkan pendidikan nasional yang merata.