Pagi yang hebat. Angin mengamuk hingga payung terlepas. Berlari-lari kecil untuk mengejarnya ternyata sia-sia hingga akhirnya malah berteduh di trotoar. Sambil merapikan diri, anak kecil bermata sipit nan cantik memperhatikan dengan seksama. Merasa ada yang mengawasi, akhirnya aku senyumi. Dia tersenyum lagi sambil memberi sehelai tissue. Aku ambil niat baiknya lalu dia berkata "Selalu ada payung baru di luar sana. Bertahan". Sejenak terdiam lalu ponsel bergetar karena sebuah pesan.
"Bapak masuk rumah sakit"
____
Alarm berbunyi lagi di jam 8 hari Sabtu pagi. Bangun dengan tubuh super lemas dan kesal karena akhir minggu masih harus kerja padahal tadi malam baru tidur jam tiga. Hampa, terasa sangat sendiri. Tidak ada kabar gembira di minggu ini. Cerita hanya kerja, kerja, kerja. Ayo bangun jangan telat, kata Tracy. Bangun, mandi lalu kopi kopi, aku mau kopi. Tracy berisik sekali pagi-pagi. Harus pakai baju ini sepatu itu juga makeup. Hah diam! Diam! Sabtu hari libur untuk kulitku. Nanti juga ada yang melukis wajah ini dengan sapuan-sapuan liqiud kimia perona pipi lalu kelopak mata yang dibuat warna-warni. Hey taxi datang, ayo masuk ke dalam jok belakang dan duduk lega. Mainkan sedikit lagu, pasang kabel ditelinga lalu pandangan buyar buyar hingga oh aku tertidur.
_
Jam 9.30 malam Minggu. Selesai sudah kilatan cahaya menyilaukan mata itu. Masih belum ada kabar gembira dan masih merasa sendiri. Tempat tidur! Aku hanya mau tempat tidur. Tidak-tidak, tidak ada kumpul-kumpul minum kopi dengan alasan nonton piala dunia bersama atau pergi ke ruangan gelap untuk berdansa gila. Aku mau bantal, Tracy. Aku mau tidur.
Pergi kabur saja dari Tracy. Menyelinap keluar lalu matikan ponsel, beres. Ayo pulang, sudah malam. Taxi? Ah ini kan malam minggu. Jalan-jalan saja dulu mengamati kota. Siapa tau ada kesenangan. Siapa tau tidak sendiri lagi. Ya ya ya, ayo berjalan sampai ujung jalan keramaian. Pusat kota ini selalu ramai, ada wisatawan yang berkumpul di depan pusat perbelanjaan untuk makan es krim satu dollar. Ada remaja-remaja yang mengamati saat aku melangkah lalu berbisik-bisik halus ke teman di sebelahnya. Ada pasangan muda-mudi yang berpelukan, duduk berduaan, bergandengan tangan saat menyebrang, bercanda gurau diakhiri gregetan dan ciuman. Haha, ini masih terlalu sore kawan.
Oh oh, ada atm. Teringat omongan si cerewet Tracy tadi pagi yang memintaku mengecek saldo atm. Sempatkan dulu lah mumpung tak ada antrian panjang. Dompet ini susah dicari terselap-selip di dalam tas. Kartu warna silver, tarik dan masukan. Tat tit tut, pencet password lalu balance inquiry . Hah. Diam tertegun sebentar. Ini dia hasil kerja kerasku dalam sebulan dalam bentuk nominal. Mengapa harus dalam bentuk uang? Mengapa tidak dalam bentuk kesenangan? Oh lupa. Katanya kesenangan bisa dibeli dengan uang. Tapi sayangnya kesendirian tidak bisa ya. Sudah, sudahi transaksi ini lalu berjalan lagi. Hap hap.
Oh ada yang memanggil! Berbasa-basi sebentar dulu. Haha ya sudah tertebak. Pertanyaan kenapa malam minggu sendiri tidak ditemani laki-laki sudah bertahun-tahun jadi langganan telinga. Haha dia kaget aku baru pulang kerja. Sabtu? Jam sepuluh malam baru selesai? tanyanya. Iya. Gila? Ya begitulah. Hidup harus kerja keras kata nenek moyang kita bukan? Sudah ya, selesai basa-basinya. Aku haus. Cari minum, cari minum.
Mini market dua angka. Ya cari disitu. ARRRGH!! Tangganya terlalu curaaaam. Aku agak goyah di ujung tangga dengan sepatu hak delapan centi tingginya. Ah sakit. Hemh, tidak terlalu sih tapi malu. Semua mata seperti tertuju padaku. Masa bodoh. Minum-minum. Ah, bodoh. Masa gelasnya habis. Ya sudah minuman teh berbotol rasa apel saja.
Sudah jam setengah sebelas, ayo percepat jalannya. Jalan lagi dan minum habis dalam satu menit. Buang, sudah terlihat stasiun MRTnya nanti aku malah didenda. Agak berlari kecil mengejar kereta yang habis di pukul sebelas. Auuw kaki mulai terasa sakit. Mungkin karena goyah tadi dan terlalu lama berjalan dengan hak tinggi. Sssshh ssshh desisku. Lalu tiba-tiba Gubrak, tas terjatuh karena ada dorongan dari belakang. Sial! Apa lagi? Mana matanya, Bapaaak? Boleh telefon sambil berjalan tapi toh ya harus hati-hati!! Hah, semua isi tas keluar. Jongkok dan aww kerasa lagi sakit kakinya. Belum lagi siklus wanita yang datang rutin tiap bulan membawa emosi tak terkendali. Cepat cepat, nanti ketinggalan MRT.
Orchard - City Hall untungnya dapat tempat duduk. City Hall - Joo Koon aku berdiri padat di tengah-tengah pasangan muda-mudi yang memafaatkan situasi sempit padatnya kereta untuk saling berdekatan lalu bersentuhan lalu berciuman. Ah muak. Muak muak muak. Jangan bilang aku iri, tapi muak. Sudah, lempar pandangan ke kanan saja. Oh ada anak kecil yang sedang sakit dipangku ibunya dengan batuk-batuk dan sesekali muntah. Kasian ibunya. Cepat sembuh dik.
Clementi dan yak, Dover. Wah sepi. Tengok jam, tepat jam sebelas. Luar biasa, jam sebelas baru selesai kerja. Turuni tangga, tap card dan keluar dari stasiun. Sssh, kerasa lagi sakit di kaki. Tengok kanan-kiri sebentar lalu, has has, lepas saja sepatu berhak delapan centi ini. Berjalan telanjang kaki akan menjadi rasa surga sepertinya. Oooooh legaaaaaaa. Kulit menginjak bumi dibalut aspal dan debu. Hayo, apa lihat lihat? Masa bodoh, aku tidak mau tambah tersiksa. Tangan kanan menenteng sepatu biru donker, tangan kiri menarik dress panjang sedikit agar tidak menghalangi langkah. Haduh harus nyebrang. Hati-hati, untung sepi.
Satu, dua, tiga, empat langkah, mata mulai meruncing. Ada yang duduk di tengah-tengah trotoar. Satu nenek-nenek tua di kursi roda, satu lelaki paruh baya langsung di trotoarnya. Lelaki itu sibuk merunduk menghitung logam-logam yang mungkin 10 sen 20 sen 50 sen dan logam kuning tebal senilai 1 dollar. Aku lewati mereka sambil memerhatikan tapi masih terus berjalan. Mereka acuhkan aku. Mereka hanya peduli logam-logam yang mereka dapat dari meminta belas kasihan orang yang hendak pergi atau menuju stasiun MRT lalu menukarnya dengan tissue. Maksudnya begini, kamu kasih dia logam millikmu, maka nanti dia berikan tissue. Katakanlah mereka peminta-minta, tapi mereka masih kenal prinsip take and give. Di saat kamu menerima, maka kamu harus memberi. Adilkah? Tak mau berdebat soal ini.
Sudah hampir setengah meter aku tinggalkan mereka. Eh tunggu? Tadi aku bilang apa? Take and give? Jadi ingat sebuah petuah hangat dari Bapak yang bilang kalau sedih coba berbagi. Nanti sedihnya hilang lalu gembira datang. Lalu lalu, seperti yang aku bilang, di saat kita memberi maka kita akan menerima bukan?
Aku balik arah. Menuju ke mereka lagi. Plak, aku jatuhkan sepatu di tangan kananku lalu merogoh tas dan hap, dompet di tangan. Cari-cari, kumpulkan logam logam dan yak dapat. Aku hampiri mereka yang ternyata masih tak peduli denganku hingga akhirnya uang logamku berkumpul dengan logam mereka. Lalu mereka melihatku, tersenyum, thank you dan bye bye. Aku senyum dan balik arah lagi menuju rumah. Dalam hati lalu aku bilang Tuhan sekali ini saja aku minta imbalan, berikan aku rasa senang di akhir minggu sebagai imbalan kerja keras. ya ya ya Tuhan? Amin.
Gedung rumah sudah kelihatan. Blok 126. Pencet tombol lift ke atas, masuk, pencet tombol lantai rumah dan lift terbang ke atas. Satu.. dua.. empat.. delapan.. ting tong, sebelas. Plak, aku jatuhkan lagi sepatu biru itu. Cari kunci. Ini tentunya lebih sulit dari mencari dompet. Raba-raba di antara parfum, kacamata, agenda, belum ketemu juga. Sabar sabar, pelan pelan. Ah akhirnya. Krintang krinting, kunci beradu dengan gembok. Krek, buka pintu. Plak, lempar sepatu. Klik, nyalakan lampu.
Selamat datang. Selamat sepi lagi dan masih sendiri.
Brak, tas jatuh ke sofa. Sambil menuju dapur, tuut, aku pencet mesin kotak suara. 7 kotak suara hari ini. Ambil gelas, tuang air. Satu gelas dengan satu dua pesan.
Tracy..
Tracy..
Joyce..
Si cerewet Tracy lagi. Panjang sekali pesannya. kenapa harus matikan ponsel katanya. koperku ketinggalan dan dia harus balik ke sana karena ada barang berharga. Haha, aku tertawa. Air sedikit menyembur dan yah habis. Tuang lagi.
Nooral..
Tracy lagi. Ergh..
lalu DEG, jantung beku satu detik, aku berhenti meminum.
"Nak.. Ibu rindu kamu, sayang"
Itu suara Ibu yang baru terbangun dari koma sejak empat bulan lalu.
.
.
(Singapura, 27 Juni 2010. 12:38 am. Tulisan ini fiksi tanpa diedit, kalau ada salah ketik dan semacamnya harap dimaklumi)