Hidup ditahun 3140 tidak seindah hidup di tahun 2012, walaupun saat itu umat manusia dihebohkan oleh isu kiamat yang akan hadir dan melumatkan apa yang ada dipermukaan bumi. Muncul karena kepongahan menafsirkan kalender peradaban lama, yang mungkin saja dibikin karena keisengan.
Tahun 3140 menjadi tahun yang paling suram, lebih suram dari isu kiamat 2012 satu milenium yang lalu. Tahun ini menjadi puncak kegelisahan masyarakat dunia, menjadi bagian sejarah yang harus dicatat dan diingat anak cucu kelak, bagus lagi jika nantinya menjadi dongeng, legenda ataupun mitos. Karena tepat tahun 3140 manusia pertama kali yang diciptakan Tuhan, yakni lelaki telah habis…ya lelaki telah habis, musnah dari bumi ini, menyatu dengan tanah dan debu, musnah binasa. Maka tak pelak tahun ini menjadi bagian penting dari sejarah kaum perempuan pembenci kaum lelaki, karena pada akhirnya tujuan mereka telah tercapai.
“manifesto telah menjadi nyata, kita menang!!”, teriak salah satu perempuan pembenci lelaki.
“mitos itu telah runtuh, kita penguasa dari kaum lelaki!!”, tambah perempuan pembenci lelaki yang lain.
Kaum lelaki punah bukan karena tak ada sebab, bukanlah sekonyong-konyong karena pembantaian, layaknya Nazi membantai Yahudi, disuntik virus, dimarjinalkan, diisolasi atau dimasukan dalam kamp konsentrasi dan tidak diberi makan. Kaum lelaki musnah karena ulah kaum manusia sendiri. Memurtadkan diri dari alam, membenci alam.
Polusi udara, air, dan tanah yang luar biasa hebat tingginya, kadar kimia, radiasi yang kuat pada tubuh manusia membuat manusia berevolusi. Hingga akhirnya, kaum perempuan hanya bisa melahirkan perempuan, bukan lelaki, sama sekali bukan lelaki. Walapun memakai jamuan tradisi, tips dari eyang buyut, tetap saja perempuan yang lahir. Tidak sekalipun di klinik di dunia ini seorang perempuan melahirkan orok lelaki.
Setelah lelaki terakhir mati mengenaskan karena muntaber, total manusia di dunia adalah perempuan. Punah pulalah pastur, pendeta, kyai, musik metal, dan semua hal yang identik dengan tubuh lelaki.
Tahun 3160
Duapuluh tahun setelah eforia jatuhnya rezim lelaki di bumi ini, geliat kecemasan sosial muncul. Kecemasan sosial yang lebih besar dari krisis ekonomi global, perang nuklir, atau penyebaran virus mematikan. Kecemasan sosial dikarenakan kemungkinan punahnya kaum perempuan karena tidak adanya lelaki.
“tidak perlu takut”, ujar perempuan dari aliran radikal yang datang dari Roma dalam sebuah kongres perempuan dunia.
“bagaimana engkau yakin?”, tanya perempuan dari Skandinavia pemuja aliran Marxis.
“aku punya kawan yang bisa membuatkan alat yang bisa membuat masalah ini rampung”
“alat apakah itu?”, seluruh peserta kongres yang jumlahnya 2000 orang bertanya serempak.
“penis”, jawabnya singkat.
“penis?!”, seluruh peserta kongres terhenyak serempak.
“mengularkan kencing?”, tanya perempuan berselendang sutera beraliran liberal.
“ya”, jawab perempuan Roma itu.
“mengeluarkan mani?”, tanya perempuan bergincu biru.
“sekali lagi iya”, jawabnya
“bisa membuntingi kita?”, tanya seorang perempuan berparas cantik, langsing dan berbikini.
“mandul sekalipun bisa dibuntingi”
“wooowww…”, serempak peserta kongres. Selanjutnya mereka mulai berbisik satu sama lain, bergumam, dan sesekali mencibir.
Kongres itupun kemudian menghasilkan kesepakatan untuk pengembangan teknologi penis tiruan lebih lanjut. Membuat komite bersama pembuatan penis, membuat badan baru setara IMF, WTO, WHO, UNESCO dan sebagainya, sebagai bentuk kepedulian terhadap penis. Layaknya konferensi lingkungan, negara maju memulai membangun industri penis di negeri berkembang sebagai bentuk kepedulian bersama. Isu lingkungan yang langganan menjadi isu utama dalam kongres untuk menurunkan kadar polusi dunia dikesampingkan, penis lebih penting dari pada lingkungan.
Bursa Saham bergejolak karena penis, emas kembali lagi terkoreksi karena penis, hingga harga kambing etawa di pelosok desa nan jauh dari dunia maju jatuh harganya juga karena penis. Penis membahana bagaikan selebritis musik pop yang sukses besar oleh penjualan keping cakram yang terjual berjuta-juta sedunia.
Tren ekonomi beralih menuju bisnis birahi yang mulai dilegalkan. Penis dijual dimall-mall, minimarket di kampung-kampung, hingga penispun menjadi barang bajakan layaknya keping cakram di emper jalanan negara berkembang.
Bisnis penis berkembang menjadi bisnis prostitusi virtual yang menggairahkan. Para pejabat dari kalangan pemerintahan dan wakil rakyat tak usah canggung untuk menikmati dunia prostitusi, karena undang-undang telah disahkan bahwa prostitusi hukumnya legal.
Tahun 3165
Disebuah klinik bersalin seorang ibu melahirkan anaknya.
“bagaimana keadaan anak dan istri saya?”, tanya seorang perempuan bertanya pada seorang perawat.
“istri ibu dan anak ibu sehat”
“syukurlah”
“Ibu tidak ingin bertanya apa kelaminnya?”, tanya perawat itu sambil tersenyum.
“lalu…. bukan perempuan?!!”, ibu itu mengira-ngira jawaban dengan bahagia, sebab dia mengira akan mendapatkan anak lelaki dan menjadi keluarga dengan anak lelaki pertama sedunia.
“anak dari istri dan ibu berkelamin hermaprodit”
Ibu itu menjawab, “syukurlah…”