Telusuri rona jingga pelangi kian terkikis
Matahari putih membakar gumpalan darah:
yang tidak lagi menyala merah
Ada dahaga tersipu di tamparan debu
Seiring langkah melayang di atas lusuhnya sepatu
Dan senyum telah menjadi limpahan tuah:
dari rangkaian bunga yang menjadi sampah
Saat doa dan rindu telah menjadi sembilu
Satu dari mereka tetap menjadi candu
Matamu selalu menjadi juru bicara:
dari terjeratnya untaian mantra
Matahari tegak dengan senyumnya, enggan bersarang
Kita akan selalu bingkai bayang-bayang
Dari fatamorgana tetap berwarna merah:
menjadi jendela di tanah utara, surga yang basah
16 Oktober 24