Ceritanya berawal dari selentingan iseng istri saya. Waktu itu sekitar Pertengahan Agustus 2010, istri saya mengatakan keinginannya untuk melancong ke Singapura. Tadinya dia ingin pergi berdua dengan rekannya yang kebetulan satu komplek dengan kami. Namun kemudian berkembang ide untuk mengajak serta suami masing-masing. Mengingat kondisi pekerjaan di kantor tidak bisa diprediksi, saya hanya mengiyakan sekenanya. Selang seminggu dari diskusi singkat tersebut, istri saya mengabarkan sudah dapat tiket Air Asia untuk keberangkatan tanggal 14 Januari 2011 dan tiket pulangnya untuk tanggal 16 Januari 2011, total harga adalah Rp 1,214,000. Mendapatkan kondisi itu mau gak mau ya harus berangkat. Untungnya pasport saya masih berlaku. Sementara istri, karena belum mempunyai pasport, mulai sibuk mengurus. Disamping urusan pasport, kami pun mulai hunting tempat menginap. Mengapa urusan tempat menginap ini penting? Kami mendapatkan masukan dari yang sudah pernah melancong ke Singapura supaya mencari penginapan dari jauh-jauh hari. Penginapan di Singapura terkenal dengan harga yang tidak murah dan sering full book. Kami tidak yakin juga apakah ini berlaku untuk semua jenis penginapan atau hanya pada penginapan dengan harga terjangkau saja. Tapi yang pasti kami ikuti saran tersebut. Karena niatnya adalah untuk jalan-jalan, maka kami putuskan untuk mencari penginapan yang biasa-biasa saja. Setelah searching info dan cek n ricek, kami akhirnya mendapatkan rekomendasi nama The Hive Hostel Backpacker. Meskipun sudah beberapa postingan yang kami baca termasuk dari websitenya sendiri, kami tetap mencari info tambahan lagi, khususnya tentang kebersihan dan fasilitas yang disediakan di hostel tersebut. Setelah merasa cukup, proses reservasi melalui email pun kami lakukan. Dan untungnya pada tanggal yang ditentukan kami masih mendapatkan kamar, meskipun dengan kondisi harus berpindah kamar pada hari kedua-nya. Namun itu tidak jadi soal, yang penting untuk urusan penginapan sudah selesai. Singkat cerita, hari keberangkatan pun semakin dekat. Benar saja, saya ada deadline pekerjaan tepat di tanggal keberangkatan. Untungnya saya sudah mengajukan surat cuti terlebih dahulu sehingga bos setuju saja manakala saya putuskan mengejar deadline tersebut satu hari sebelumnya. Syukurlah, semuanya bisa saya selesaikan dan saya pun bisa memastikan bergabung dengan istri berangkat ke Singapura. Pesawat yang akan kami tumpangi rencana take off dari Bandara Soekarno Hatta pukul 07.20. Supaya tidak terlambat dan antisipasi proses check in dan pemeriksaan di bagian imigrasi, kami putuskan berangkat dari rumah sekitar pukul 04.00. Dengan menumpang mobil tetangga yang sama-sama berangkat, kami tiba di Bandara sekitar pukul 05.30 dan langsung melakukan proses check in. Setelah membayar airportax Rp 150 ribu per orang, kami lalu menuju bagian pengurusan bebas fiskal. Namun ternyata kami ketinggalan informasi (atau memang tidak tahu) bahwa per tanggal 1 Januari 2011 warga negara Indonesia yang akan bepergian ke luar negeri tidak perlu repot-repot lagi mengurus fiskal senilai Rp 2,5 juta atau tanda cap bebas fiskal (dengan menunjukkan kartu NPWP yang kita miliki), karena mulai tanggal tersebut biaya fiskal ditiadakan alias gratis. Sambil menahan tawa, kami pun beralih mengikuti antrian di bagian pemeriksaan imigrasi. Sebelumnya tidak lupa mengisi kartu keberangkatan. Jduk!!!! tanda cap dari bagian imigrasi mendarat di bagian halaman visa pasport saya. Lewat sudah… Namun satu lagi bagian pemeriksaan yang harus kami lewati, yaitu bilik x-ray menuju ruang boarding. Saya sudah menduga pasti tas travel kami akan kena, karena peralatan mandi dan hias istri ada di dalam nya. Untungnya istri sudah memilah-milah dan memindahkan beberapa barang yang berbentuk cairan ke tempat yang lebih kecil, sehingga waktu diperiksa dan dijelaskan masih dapat ditolerir. Yang ditinggaladalah minuman air mineral. Tepat pukul 07.20 pesawat Air Asia yang kami tumpangi lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Sialnya tempat duduk saya terpisah dengan istri, saya di bangku nomor 8B sementara istri di bangku nomor 24B. Namun kondisi itu kami terima saja, hal itu juga karena ketidaktahuan kami. Seharusnya waktu proses check in di Bandara kita harus bilang alias request kalau ingin duduk berdekatan. Jika kita tidak request maka oleh petugas di meja check in akan diacak. Hmmm…. Pelayanan dan penjelasan awak pesawat Air Asia menurut saya sangat baik dan cukup jelas, baik dalam kondisi cuaca normal maupun saat kondisi cuaca kurang baik. Ini adalah kali pertama saya terbang dengan Air Asia. Saya baru tahu kalau kita bisa memesan makanan (layaknya di restoran…). Karena berasa perut lapar dan ingin mencicipi masakannya, saya coba memesan nasi goreng dan teh manis panas. Sayang, untuk beberapa menu sepertinya mereka membawa persediaan dalam jumlah terbatas, nasi goreng yang saya pesan ternyata habis, dan akhirnya saya ganti dengan nasi kuning menado…. hmmm…. lumayan enak… Total cost Rp 45 ribu.
Hari Pertama Sekitar Pukul 09.04 waktu Jakarta (atau Pukul 10.04 waktu Singapura) akhirnya kami mendarat di Singapore Changi International Airport. Hal yang pertama kami lakukan adalah explorer ke kamar kecil alias toilet, baru kemudian foto-foto di bawah tulisan welcome in Terminal 1 (sekedar untuk kenang-kenangan.. atau tepatnya disengaja, karena saya sedang menjajagi hobby baru…. jepret menjepret…hehe). Setelah itu kami berjalan menuju bagian pemeriksaan imigrasi. Tak lupa sebelumnya mengambil Map (Peta) jalur Mass Rapid Transit (MRT). Sebagaimana yang kami dengar dan baca di internet, MRT adalah sarana transportasi andalan singapura yang nyaman dan cepat.
KEMBALI KE ARTIKEL