Pemerintahan Assad, yang mendapatkan sokongan militer dari Iran dan Rusia, tumbang dengan kecepatan mencengangkan, yakni tak lebih dari dua pekan di tangan kelompok pemberontak. Meski demikian, Assad, seorang otoriter yang tega semena-mena dengan rakyatnya sendiri, sebenarnya telah mendapat tekanan dari pasukan pemberontak selama satu dekade lebih. Fenomena ini mengundang berbagai pandangan dari berbagai kalangan, terutama pihak politisi di banyak negara.
Beberapa surat kabar Arab pun turut memberitakan fenomena besar ini, di antaranya adalah Al-Ahram dan Al-Quds yang merupakan situs web terkemuka di dunia Arab. Surat kabar Al-Ahram (Mesir) sendiri merupakan surat kabar yang cukup terdepan karena tidak hanya didistribusikan di Mesir, tetapi juga di negara-negara Arab lain serta dunia internasional (Encyclopedia: 2012).
Surat kabar ini terkenal karena independensi dan objektivitasnya, serta karena liputannya terhadap berita internasional dan berita nonpolitik tentang Mesir. Meski begitu, Al-Ahram pada dasarnya cenderung berpihak pada pemerintah Mesir dan dikendalikan oleh Inggris.
Adapun Al-Quds adalah surat kabar yang dimiliki dan diterbitkan oleh Yayasan Penerbitan dan Media Al-Quds Al-Arabi. Surat kabar ini dicetak di London, New York juga di Frankrut. Sama seperti Al-Ahram, surat kabar ini juga terkenal dengan independesinya.
Namun bedanya, surat kabar Al-Quds tidak terikat dengan pemerintah. Isi liputannya didominasi oleh isu-isu kemanusiaan-khususnya di Gaza-termasuk hak-hak perempuan, anak-anak, dan pengungsi. Surat kabar ini juga terkenal dengan ciri khasnya yang sangat menentang penjajahan Israel.
Â
Berkaitan dengan isu penggulingan rezim Bashar Al-Assad di Suriah, Al-Ahram dan Al-Quds menyajikan berita dengan tema yang sama, yaitu "Suuriyaa.. al-Bahtsu 'an Mustaqbal Aaman" (Suriah, Pencarian Masa Depan yang Aman) oleh Al-Ahram dan "Suuriyaa baina Muwajahah al-Irhaab wa Binaa' al-Mustaqbal.. Aulawiyaah at-Tawazun baina al-Amn wa as-Siyasiyah" (Suriah antara Menghadapi Terorisme dan Membangun Masa Depan.. Prioritas Keseimbangan antara Keamanan dan Politik) oleh surat kabar Al-Quds. Namun, keduanya memiliki fokus pendalaman yang berbeda. Terdapat dua garis besar yang dapat ditarik dari dua berita ini.
Ditilik dari segi fokus isu, surat kabar Al-Ahram lebih membahas kondisi internal Suriah. Pembahasan ini diawali dengan dengan mempertanyakan bagaimana tantangan yang akan dihadapi negara tersebut setelah kejatuhan keluarga Assad. Sebab kurangnya pengalaman kelompok oposisi dalam mengelola politik dan ekonomi negara mengakibatkan ketidakpastian masa depan Suriah.
Kondisi ini juga dihubungkan dengan sejarah pasca Perang Dunia, dengan mengutip contoh negara-negara yang dibentuk ulang setelah konflik besar, seperti Cekoslowakia dan Yugoslavia, serta pembagian Jerman setelah Perang Dunia Kedua, sebagai analogi untuk menggambarkan tantangan yang akan dihadapi Suriah.
Di sisi lain, Surat kabar Al-Quds menyajikan pandangan dan analisis yang lebih mendalam. Surat kabar ini lebih menyoroti pengaruh eksternal dan menekankan pada dinamika politik global yang lebih luas. Dalam berita ini, fenomena penggulingan Bashar Al Assad dihubungkan dengan adanya campur tangan dari luar, seperti Amerika Serikat dan Israel, yang berusaha merombak tatanan politik di Timur Tengah dan memecah-belah persatuan Arab.
Dua negara ini berpura-pura mendukung faksi oposisi guna mengosongkan Suriah dari kekuasaan hingga dapat menyusup Ketika Suriah mencoba membuat tatanan politik baru.
Jika ditilik dari segi pendekatan solusi, surat kabar Al-Ahram lebih banyak mengajukan solusi yang berkaitan dengan penyesuaian internal negara, dengan menyarankan agar Suriah belajar dari pengalaman sejarah negara-negara lain yang mengalami perubahan besar dalam struktur politik dan sosial mereka. Ini menunjukkan bahwa menurut Al-Ahram masih ada optimisme terhadap kemampuan negara tersebut untuk mengatur kembali politik dan ekonominya.
Sementara surat kabar Al-Quds menekankan peningkatan dan kesolidan peran masyarakat  Arab dalam melawan hegemoni dari negara asing. Serta menyerukan persatuan dan gerakan progresif yang dipimpin oleh masyarakat lokal untuk menciptakan masa depan yang lebih baik tanpa bergantung pada bantuan eksternal.
Hal ini menyiratkan pesan bahwa Suriah tidak akan mendapat masa depan yang lebih baik jika tidak dapat mandiri dalam menjalankan sistem politik negara dan waspada akan campur tangan eksternal. Sebab, Amerika Serikat dan Israel tengah mencoba merebut Suriah dan akan menghancurkan tatanan politik dunia Arab.
Secara keseluruhan, meskipun kedua surat kabar mengungkapkan kekhawatiran terhadap masa depan Suriah, namun dengan perspektif yang sangat berbeda dalam hal siapa yang harus bertanggung jawab dan bagaimana solusi dapat dicapai, namun dengan fokus yang berbeda.
Surat kabar Al-Ahram lebih mengutamakan dinamika internal negara pasca-revolusi, sementara surat kabar Al-Quds mengkritik kuat pengaruh eksternal dan menekankan pentingnya persatuan internal.[]
Sumber :
https://www.alquds.com/ar/posts/144488
https://gate.ahram.org.eg/daily/News/205070/12/964857/%D9%85%D9%84%D9%81%D8%A7%D8%AA-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D9%87%D8%B1%D8%A7%D9%85/%D8%B3%D9%88%D8%B1%D9%8A%D8%A7-%D8%A7%D9%84%D8%A8%D8%AD%D8%AB-%D8%B9%D9%86-%D9%85%D8%B3%D8%AA%D9%82%D8%A8%D9%84-%D8%A2%D9%85%D9%86.aspx