Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Di Aceh, Main Bola Terhenti karena Azan

22 Juni 2012   10:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:40 395 3
Sore ini, baru nyampe rumah langsung duduk depan tivi. Utak Atik tombol remote control, Tanpa sengaja saya mendapati pertandingan Liga Indonesia (entah IPL atau ISL) antara PSAP Sigli Aceh melawan Persib Bandung. Menit ke-5 Skor sudah 1-0 ketika itu untuk kemenangan PSAP Sigli.

Tapi pertandingan menjadi agak tidak wajar. Baru berjalan kira-kita 15 menit, tak ada Hujan, tak ada badai, tak ada pula lemparan bom petasan, tiba-tiba wasit memberhentikan permainan dan memberika isyarat kepada seluruh pemain untuk meninggalkan lapangan.

Dan yang bikin saya lebih heran lagi, para pemain itu nurut dan pergi mengosongkan lapangan tanpa ada pertanyaan apapun, atau protes. Ada apa ini?

Tiba-tiba terdengar suara azan dari tivi. Oh akhirnya saya tahu, para pemain memberhentikan permainan karena mngehormati azan yang sedang berkumandang. Waw! Dahsyat! Salut buat Aceh. Entah itu aturan Pemda atau memang itu budaya yang taj tertulis bagi para penduduk kota Serambi Mekkah tersebut, dimana semua kegiatan diberhentikan ketika azan sedang berkumandang. Pemandangan yang hampir tidak pernah saya lihat se-umur hidup saya.

Ditengah majunya era globalisasi dan hujaman keras budaya asing yang ingin merenggut nyawa budaya local Indonesia dari para pemudanya, Aceh tetap berdiri sebagai kota yang benar-benar menjungjung tinggi nilai spiritual dan Riligi. Dengan kerendahan dan kearifan local, penduduk dan Aceh berhasil menjaga nilai luhur kota yang disebut sebagai Serambinya Kota suci Mekkah.

Jadi inget beberapa kawan saya yang sedang menempuh pendidikan di Madinah. Mereka bilang :”Disini azan itu sangat sacral sekali, kalo udah azan semua kegiatan berhenti. Semua menyimak dan beranjak ke masjid”.

Pantas beberapa waktu yang lalu, ramai berita tentang salah satu Putri Indonesia dari NAD Aceh, Qori Sandioriva yang ditentang oleh warga Aceh termasuk para petinggi kota tersebut karena ia harus melepas Jilbabnya untuk mengikuti kontes kecantikan tersebut. Apalagi ketika ia diketahui ingin terus melaju ke kontes Internasional.

Ya wajar saja warga Aceh kurang setuju, toh Qori telah mendobrak kebiasaan perempuan Aceh yang terkenal tertutup rapih dengan balutan JIlbab di kepala. Tapi apapun itu, entah siapa yang benar dan siapa yang salah, Aceh tetap jadi Kota yang tidak salah diberi sebutan Serambi Mekkah.

Bangga dengan Aceh!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun