Namun, dalam pelbagai kesempatan, Prabowo selalu mengungkapkan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia diperlukan suatu syarat kemungkinan yang harus lebih dahulu dipenuhi yaitu persatuan Indonesia.
Persatuan adalah kata kunci penting bagi Indonesia maju. Tanpa persatuan mustahil kesejahteraan bakal terwujud. Dalam terang ini, saya kira dapat kita pahami kenapa Prabowo bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Amin pada 2019 silam.
Ia mengebawahkan seluruh ego dan  kepentingan politiknya dengan bergabung pada pemerintahan Jokowi. Hal itu semata-mata karena hanya persatuan di kalangan elit yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat di bawah untuk bersatu; dengan adanya persatuan tersebut lebih mudah untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
Dalam terang yang sama pula, dapat kita periksa alasan para aktivis sekaliber Budiman Sudjatmiko dan Immanuel Ebenezer, serta Agustinus Poltak Sinaga, untuk menyebut beberapa nama, dengan kebebasan dan kesadaran, memilih mendukung dan bergabung dengan Prabowo.
Saya melihat mereka memilih bergabung dengan Prabowo karena Prabowo membawa narasi "persatuan" dan "kesejahteraan" bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Maka, dalam setiap ucapan mereka di ruang publik hanyalah tentang bagaimana mewujudkan narasi besar tersebut ke dalam program dan tindakan praktis.
Itu juga yang membuat mereka seperti tidak ada waktu dan kesempatan untuk terlibat dalam politik penuh kebencian yang kerap dimainkan oleh kubu lawan. Mereka terlalu sibuk dengan politik gagasan dan pertarungan ide di ruang publik. Saya kira, sikap ini tepat, sebab jika mereka merespon kubu lawan dengan syi'ar kebencian maka yang ada hanya menimbulkan polusi kebencian dan caci maki di dalam ruang publik kita.