Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Implementasi Akad Salam pada Bank Syariah: Menjawab Permasalahan Sektor Pertanian di Indonesia

14 Desember 2020   20:00 Diperbarui: 15 Desember 2020   06:38 2538 0
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam sehingga membuatnya dikenal dengan sebutan “negara agraris”. Berdasarkan data dari FAO (2016), Indonesia menempati peringkat ketiga dunia sebagai negara produsen beras dengan total produksi beras sekitar 79,36 juta ton/tahun. Indonesia berada di bawah China sebagai negara penghasil beras terbesar didunia dengan jumlah produksi sebanyak 206,5 juta ton/tahun dan India yang menempati posisi kedua dengan jumlah produksi sekitar 153,8 juta ton/tahun. Data tersebut semakin menegaskan posisi Indonesia sebagai negara agraris. Selain itu, sektor pertanian memainkan peran sangat strategis dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap tenaga kerja, berkontribusi terhadap produk domestik bruto, sumber devisa, bahan baku usaha kecil, sumber bahan pangan dan gizi serta pendorong bergeraknya sektor – sektor ekonomi rill lainnya. Namun dewasa ini, masih layakkah Indonesia disebut sebagai negara agraris? Nyatanya, Berdasarkan data Sakernas dalam detiknews.com, tenaga pertanian mengalami penurunan terlaju dibandingkan sektor lain pada 2018 yakni mencapai 0,89 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Banyaknya petani Indonesia yang lebih memilih beralih ke profesi lain disebabkan karena anggapan bahwa sektor pertanian kini dirasa kurang menjanjikan dan justru banyak menimbulkan kerugian, salah satunya disebabkan permasalahan permodalan dan adanya praktik tallaqi rukban yang sangat merugikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun