Menurut data dari World Health Organization (WHO), Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) di Indonesia memengaruhi sekitar 24,8% dari populasi atau sekitar 1 dari 4 penduduk (Suherman et al., 2021). Kebanyakan mahasiswa sering menganggap enteng kebiasaan telat makan ini, tapi kalau sudah kena GERD, baru merasa repot harus makan tepat waktu dan teratur. Stres bisa jadi faktor besar yang memicu GERD. Bayangkan saja, tugas numpuk, deadline mengejar, terus makan tidak teratur, akhirnya stres meningkat.
Mahasiswa memang biasanya dituntut untuk multitasking, jadi kita harus tetap memprioritaskan kesehatan dan mengatur waktu dengan baik. Dampak GERD pada mahasiswa dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan, seperti nyeri di perut, sesak atau rasa terbakar di dada, jantung berdebar, sulit konsentrasi, menurunnya energi dalam beraktivitas, dan masih banyak gangguan yang dapat mengganggu produktivitas sehari-hari. Kondisi ini bisa mengganggu kegiatan akademik dan membuat lebih sering absen atau ketinggalan kelas karena kondisi yang tidak baik. Pentingnya dukungan dari orang sekitar seperti orang tua, teman, dan sahabat untuk saling mengingatkan waktu makan atau mengajak makan bersama di kantin kampus juga tidak bisa diabaikan. Manfaatkan fasilitas kampus jika merasa tidak enak badan atau GERD kambuh, seperti Pusat Layanan Kesehatan (PLK) yang ada di UNAIR sendiri.Â