Sabtu malam tanggal 15 Juni, kami berkumpul di balai dusun Pancer untuk mempersiapkan acara keesokan pagi, dalam suatu kesempatan beberapa dari kami berdiskusi, atau agar lebih keren sebut saja sedang berfilsafat, tentang tuhan; sesuatu yang selalu menarik bagi saya, walau beberapa orang tampak tidak peduli dan beberapa mengeluh bahwa rasio dan nalarnya tak sampai untuk membicarakan itu, malam yang sangat hangat dan penuh kekerabatan. Sekitar jam 8 malam, ketika sedang asyik berjalan-jalan di sekitar balai dusun tersebut, saya berjumpa dengan 4 orang pemuda desa setempat, dan tak disangka saya diundang mereka untuk mampir, duduk, dan berbincang dengan mereka, sesuatu yang tak akan saya lewatkan walau sejujurnya saya sedikit khawatir bilamana hal tak diinginkan akan terjadi, demikian gambaran yang muncul dalam kepala saya ketika melihat beberapa botol minuman keras di meja tempat mereka berkumpul.