Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Menyambut Mentari Pagi di Desa Saukobye

17 September 2024   09:04 Diperbarui: 17 September 2024   09:09 11 0
Pagi di desa Saukobye menghadirkan pemandangan yang memukau: anak-anak berlarian dengan penuh semangat. Bahkan saat hujan, mereka dengan ceria menggunakan daun pisang sebagai pelindung. Suasana ini menghangatkan hati dan menjadi pengingat akan kebahagiaan sederhana.

Ketika pertama kali mengajar di SD Inpres Korem, saya merasakan campuran rasa kagum dan prihatin. Saya kagum melihat dedikasi para guru yang sepenuh hati berusaha membangun sumber daya manusia di sini. Namun, saya juga prihatin karena fasilitas yang ada sangat terbatas, baik untuk proses belajar-mengajar maupun untuk para pengajarnya. Meski demikian, semangat anak-anak dan guru-guru tidak pernah surut, bahkan dalam keterbatasan.

Di desa ini, anak-anak kecil tidak merasakan bangku PAUD atau taman kanak-kanak; mereka langsung duduk di bangku sekolah dasar. Hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah guru, yang mengakibatkan tutupnya sekolah TK. Akibatnya, anak-anak harus beradaptasi dengan metode pengajaran yang berbeda dibandingkan anak-anak di Jawa. Mereka perlu diperkenalkan dengan huruf dan belajar melalui permainan, serta diajarkan menulis dengan penuh kesabaran.

Dari pengalaman ini, saya belajar banyak hal. Pertama, semangat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat tidak boleh pudar, meskipun kita dihadapkan pada berbagai keterbatasan. Keterbatasan bukanlah penghalang untuk berbuat baik. Kedua, saya merenungkan perhatian pemerintah terhadap kondisi seperti ini. Bangsa yang hebat dibangun dari sumber daya manusianya. Saya merasa prihatin melihat keadaan yang masih serba minim di sini.
Semoga cerita ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berkontribusi dan mengedukasi diri demi kemajuan bersama.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun