Setahun Jokowi-Ahok memimpin DKI Jakarta dengan berbagai tugas yang belum selesai, (meskipun beberapa terobosan telah berhasil diselesaikan yang diantaranya Relokasi warga waduk pluit, transparansi APBD yang dapat diakses semua orang melalui situs resmi pemprov, dimulainya proyek MRT serta penambahan Bus Trans Jakarta, serta beberapa solusi untuk menyelesaikan masalah besar provinsi ini) Jokowi mencalonkan diri menjadi Presiden dan memenangkan perhelatan ini didampingi bapak Jusuf Kalla sebagai wakil Presiden. Nah, pemilih DKI Jakarta pada saat Pilpres 2014 dengan bayang-bayang bahwa jika Joko Widodo menjadi Presiden maka Ahok menjadi Gubernur pengganti. Tercatat pemilih DKI Jakarta lebih banyak memilih Jokowi-JK dengan selisih 300.000 lebih dari pasangan Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014. Saya berpikir bahwa hal ini sudah cukup memberi bukti bahwa Jokowi-Ahok memberikan kesan positif di masa pemerintahannya selama 1 tahun dan memberi bukti bahwa penduduk DKI Jakarta siap jika selanjutnya dipimpin oleh Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Sesuai agenda DPRD Jakarta setelah melaksanakan Rapat Pimpinan (Rapim), hari ini (14 Nopember 2014) bapak Basuki Tjahaja Purnama yang kita kenal dengan pak Ahok diumumkan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Pak Ahok yang saat ini masih menjabat sebagai Plt Gubernur sejak pengunduran diri bapak Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta sudah banyak mendapatkan goncangan. Tapi sebaiknya kita harus kembali berpikir bahwa jabatan Gubernur DKI Jakarta merupakan jabatan yang seksi untuk diguncang sebagaimana yang saya paparkan di atas.
Cara bicara pak Ahok yang katanya kasar salah-satunya, hal ini kita harus cermati dari pola komunikasi seorang pemimpin harus tegas. Pada beberapa kondisi, seorang pemimpin harus bersuara keras. Pak Ahok adalah Insinyur disiplin ilmu Geologi dan bekas aktifis mahasiswa di mana harus dipahami bahwa dialek dan kosakata orang lapangan memang cenderung kasar dibandingkan orang-orang bergelut di bidang sosial terutama marketing. Tapi sejujurnya ini cuma kulit-kulit ketidak-sukaan segelintir orang yang jika dikaji lebih dalam tentunya sangat tidak substansial. Hal yang sebenarnya tidak diinginkan oleh sebagian orang adalah karena pak Ahok beragama Kristen dan sebagian sangat kecil lainnya adalah karena pak Ahok itu ber-etnis Tiongkok.
Di luar dari pembahasan berbau ORBA dan Politik itu, saya hanya ingin menegaskan bahwa Indonesia besar karena Pancasila dan UUD 1945-nya. Kehadiran Ahok menantang jiwa Pancasila yang sering kita dengungkan. Apakah memang Garuda di Dada kita atau hanya di mulut belaka. Eksistensi Ahok sebagai Gubernur menantang penduduknya untuk menjadi penduduk Pancasilais. Terakhir, saya muslim dan ingin di-Imam-i oleh muslim tapi untuk Gubernur Jakarta saya pribadi tidak punya opsi yang melebihi atau sekedar sejajar dengan kualitas pak Ahok, Bapak Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM. Selamat bekerja dan selamat mengemban amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta.