Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Catatan Pemogokan Total Buruh KBN 3 Desember 2010

7 Desember 2010   22:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:55 308 0
“JANGAN REMEHKAN KEHENDAK MASSA”

Oleh: Budi Wardoyo



Jika massa berhendak untuk melakukan tindakan politik radikal, sementara pimpinan-pimpinannya justru melarang, maka tak ada pilihan buat kita (kaum progressif yang percaya pada gerakan massa), untuk memberikan kepemimpinan pada massa ini, sekalipun kita masih kecil dan harus berhadapan dengan pimpinan massa yang pengecut ini.

Itu yang kita lakukan di KBN Cakung pada hari Jumat (3/12), ketika semua serikat besar tidak mau memimpin massa yang hendak melakukan pemogokan menuntut UMP DKI 2011 sebesar Rp 1.401.829, dan menolak Pergub DKI yang hanya Rp 1.290.000. Bukan hanya tidak mendung, pimpinan-pimpinan serikat buruh ini, malah melarang anggotanya untuk ikut pemogokan kawasan, menjaga pabrik (persis kemanan pabrik) agar kawan-kawan buruhnya tidak bisa ikut pemogokan, dan menyuruh anggotanya yang sedang ikut aksi untuk kembali bekerja (persis seperti personalia).

Yang terjadi kemudian, massa jutru mengikuti serua pemogokan massal, pemogokan kawasan. Yel-yel " Tutup KBN, Hentikan Produksi" menggema sepanjang jalan di KBN, dan pimpinan2 serikat besar yang pengecut ini, malah dilawan oleh anggotanya sendiri, diabaikan, kehilangan legitimasinya secara telak.

FBLP-PPBI (dengan dukungan organisasi perempuan "Perempuan Mahardhika" dan Organisasi Mahasiswa "Pembebasan" serta dukungan PPRM) sebagai satu-satunya kelompok yang telah memulai mimbar bebas dari jam 05.00 di pintu belakang KBN Cakung, awalnya tak mendapatkan respon yang cukup berarti dari massa buruh (yang masih ragu, apakah hari ini akan mogok lagi atau tidak, kerena telah terjadi peyimpangan informasi yang dilakukan oleh pimpinan-pimpinan serikat buruh besar di KBN, yang mengatakan tidak ada mogok, dan di banyak pabrik, dikatakan aksipun tidak ada hari ini)

Padahal setelah pemogokan kawasan pertama (25/11), telah terjadi kesepakatan untuk melakukan pemogokan lagi, jika Gubernur DKI Jakarta, belum memenuhi tuntutan UMP DKI tahun 2011 sebesar  Rp 1.401.829, dan akhirnya disepakati pemogokan berikutnya adalah tanggal 2 desember 2010 (walaupun pemberitahuan ke pihak aparat kepolisian, pemogokannya dilakukan selama tiga hari, yakni tanggal 1, 2 dan 3 desember), namun beberapa pimpinan serikat buruh besar yang tergabung dalam Forum Buruh DKI melakukan kesepakatan dengan pihak kepolisian untuk memundurkan aksi pemogokan ini menjadi tanggal 3 desember 2010, karena pihak Polda Metro Jaya akan mengupayakan pertemuan antara Pemda DKI dan Forum Buruh DKI , dan kesepatan ini tidak diketahui oleh beberapa serikat lainnya yang sama-sama tergabung dalam Forum Buruh DKI.

Dalam rapat Forum Buruh DKI di LBH Jakarta pada tanggal 1 Desember 2010, pasca konferensi pers, disepakati dengan bulat, bahwa pemogokan kawasan tanggal 3 Desember 2010 tetap akan dilakukan, dengan pembagian tugas, kawan dari FSPMI akan menyediakan mobil komando (seperti yang digunakan pada tanggal 25 November 2010), dan setelah dikonfirmasikan oleh kawan SPMI ke orang yang menyewakan mobil dan sound ini, dilaporkan bisa digunakan, asal ada dana untuk menyewanya.

Sementara kawan dari PPBI, ditugaskan untuk membuat selebaran seruan mogok aksi 3 desember 2010, yang akan dibagikan pada sore hari tanggal 2 Desember 2010 di KBN Cakung, sejumlah 50 Rim atau 50 ribu selebaran.

Namun sekali lagi, tanpa pemberitahuan ke semua anggota Forum Buruh DKI, beberapa pimpinan serikat buruh Forum Buruh DKI ada agenda untuk ketemu dengan pihak Pemda DKI pada tanggal 2 desember, sore hari. (SBTPI mengetahui pertemuan ini setelah menelpon pimpinan FSBI berkaitan ttg persiapan mogok tanggal 3 Desember, yang dalam percakapan via telp itu, baru diketahui kalau FSBI bersama dengan SBSI 92, SPN, SPMI, SPSI LEM, ASPEK Indonesia akan bertemu dengan Asisten Gubernur, pada sore hari tersebut) Setelah itu, SBTPI menelpon PPBI untuk ikut serta dalam pertemuan itu

Dalam pertemuan dengan Asisten Gubernur Bidang Ekonomi (Kalau tidak salah), yang difasilitasi oleh Polda Metro Jaya (rupanya pertemuan ini adalah pertemuan yang dijanjikan sebelumnya) Asisten Gubernur hanya bisa menjanjikan akan memberitahu Gubernur soal pertemuan hari itu, dimana beberapa serikat buruh seperti SPN, SPSI LEM menuntut agar ada pertemuan langsung dengan Gubernur untuk membicarakan persoalan UMP DKI 2011,  dan meminta agar ada jawal pasti, namun Asisten Gubernur tak bisa menjanjikan secara pasti waktunya.  Sementara beberapa serikat seperti SBTPI dan PPBI berpendapat bahwa bukan pertemuan dengan Gubernur yang menjadi point pentingnya, melainkan sikap Gubernur untuk segera menetapkan UMP DKI 2011 sebesar Rp 1.401.829.

Anehnya, Halili dari SPN justru mengatakan, asalkan Gubernur mau merevisi Pergub 196/2010, maka pemogokan tanggal 3 Desember akan dibatalkan, sementara besarnya angka revisi, menurut Halili adalah hak preogatif Gubernur (artinya bisa saja tidak sesuai dengan kehendak buruh yakni Rp 1.401.829)

Setelah pertemuan dengan Asisten itu, Forum Buruh DKI membuat pertemuan informal di halaman kantor Gubernur, untuk mendiskusikan langkah selanjutanya, dan dalam pertemuan informal inilah baru secara langsung ketahuan dari beberapa pimpinan-pimpinan serikat buruh seperti SPSI LEM, ASPEK, SPN bahwa mereka pada tanggal 3 Desember 2010, tidak akan melakukan mogok seperti yang telah diputuskan sebelumnya, bahkan sempat terlontar dari mereka, untuk tidak melakukan aksi apapun.

Setelah didesak oleh PPBI dan SBTPI bahwa rencana mogok kawasan tanggal 3 Desember, sudah diketahui secara luas oleh massa buruh di KBN, terutama karena selebaran seruan mogok telah terbagi, baik melalui pintu depan maupun pintu belakang KBN, dan setelah pemogokan KBN pertama, sangat banyak kawan-kawan buruh yang menanyakan kepastian pemogokan selanjutnya, yang itu menunjukan telah terjadi peningkatkan atmosfir perlawanan buruh di KBN Cakung, dan siap untuk melakukan pemogokan lagi, barulah SPN berubah sikap dan mengatakan untuk tetap melakukan aksi, tapi tidak perlu banyak, hanya perwakilan, dan itupun konsepnya hanya sekedar bagi-bagi selebaran saja.

Sementara SPSI LEM dengan alasan tidak mendapatkan dukungan penuh struktur organisasinya, akhirnya tidak bisa terlibat –menurut SPSI LEM, ruang dialog dengan Gubernur DKI telah terbuka luas, sehingga tidak seharusnya ada pemogokan.--ASPEK Indonesia pun tidak bisa, karena kawan-kawan lebih siap ketika rencana aksinya tanggal 2 Desember 2010, bukan tanggal 3 Desember 2010 (padahal ASPEK Indonesia, termasuk yang melakukan kesepakatan dengan Polda Metro Jaya untuk memundurkan aksinya menjadi tanggal 3 Desember). FSPMI yang tidak menyampaikan pandangan, namun tugas untuk menyediakan sound sistem (mobil komando) tidak dijalankan, dengan alasan soundnya akan digunakan pihak lain (padahal s ebelumnya, sound sistem dikatakan siap dipake). FSBI tidak hadir dalam diskusi ini, karena langsung pulang. Sementara perwakilan dari SBSI 92, mengatakan hanya akan mengirimkan perwakilan saja per PUK.

Karena malam harinya ada kelanjutan rapat Forum Buruh DKI di secretariat SBSI 92 Jakarta Utara—yang merupakan kesepakatan pada rapat di LBH tanggal 1 Desember 2010--maka diskusi diatas tidak diperpanjang, dan akan dibahas dalam rapat. Dalam rapat di SBSI 92, yang hadir hanyalah perwakilan SPN, SBSI 92, SBTPI, PPBI dan SP KOJA. Sekali lagi di rapat ini, tema yang dibahas juga sama, yakni mengenai kepastian aksi pemogokan tanggal 3 desember, dan seperti pada posisi sebelumnya, mayoritas serikat tetap hanya akan mengirimkan perwakilan walaupun sependapat dengan pandangan PPBI dan SBTPI bahwa massa buruh di KBN Cakung masih dalam kesadaran yang siap mogok total.

Akhirnya keputusan yang diambil hanya menegaskan tentang titik kumpul, yaitu PPBI dan SBTPI di pintu belakang, sementara SBSI 92 dan SPN berkumpul di dekat PT Megasari, dan nantinya disatukan di Megasari, dan rencana aksi lainnya tergantung situasi lapangan yang berkembang, dan sudah disampaikan oleh PPBI dan SBTPI bahwa sangat mungkin terjadi pemogokan massal lagi—berdasarkan atmosfir massa yang masih tinggi untuk melakukan pemogokan.

Keesokan harinya, ditengah guyuran hujan deras, sebagian anggota dan pengurus FBLP-PPBI (dengan dukungan organisasi mahasiswa “PEMBEBASAN” dan organisasi perempuan “PEREMPUAN MAHARDHIKA” serta dukungan dari PPRM) memulai aksi di pintu belakang KBN Cakung. Hanya dengan menggunakan megaphone serta beberapa kawan lainnya membawa poster dan umbul-umbul, mimbar bebas dimulai dengan orasi-orasi yang menjelaskan bahwa hingga hari ini, Gubernur DKI Jakarta belum mau menaikan UMP tahun 2011 menjadi Rp 1.401.829 sehingga perlawanan harus terus dilakukan. Orator lainnya menyampaikan bahwa dengan upah 1, 4 jutapun, sebenarnya masih jauh dari layak, sehingga kaum buruh harus melakukan pemogokan lagi. Silih berganti orasi demi orasi dilakukan untuk mengajak kawan buruh yang bergegas menuju pabrik masing-masing agar bergabung.

Awalnya, kawan-kawan buruh ini tidak mau bergabung, dan bahkan mempercepat langkah kakinya menuju tempat kerjanya, hanya ada satu-dua buruh yang bergabung. Kemudian diputuskan agar mimbar bebasnya dipindahkan ke dalam kawasan, setelah melihat ada kumpulan massa buruh yang bergerombol dan tidak masuk kerja, dan setelah mimbar bebas dimulai di dalam kawasan, yang bergabung semakin banyak, dan menjadi lebih banyak lagi setelah buruh-buruh PT Megasari keluar semua dari pabrik dan menyatukan diri dengan FBLP-PPBI. Ini adalah hal yang luar biasa, karena di PT Megasari sebagian besar buruhnya telah berserikat di dalam Serikat Pekerja Nasional (SPN), yang secara struktur pimpinan (dari atas sampai pimpinan unit kerja) tidak lagi mendukung perlawanan total untuk kenaikan UMP 2011 menjadi Rp 1.401.829.

Bahkan dengan struktur PUK SPN di PT Megasari malah melarang anggotanya untuk terlibat, termasuk lascar-laskar SPN yang terus melarang buruh-buruh PT Megasari untuk bergabung dalam aksi yang diorganisir oleh FBLP-PPBI, namun larangan struktur PUK itu tidak berarti banyak, karena buruh-buruhnya terus saja berdatangan dan semakin banyak, bahkan ada bebrapa buruh yang secara berani melawan larangan-larangan struktur PUK SPN maupun struktur cabang SPN.

Massa kini telah menjadi ribuan (PT Megasari memperkejakan kurang lebih 2000 buruh), dan menajadi bertambah banyak lagi ketika kawan-kawan buruh dari PT Hansol—pabrik yang bersebelahan dengan PT Megasari—juga keluar semua dan bergabung dalam barisan massa aksi, dan selanjutnya terus bertambah.

Namun tidak semua pabrik, buruh-buruhnya dengan mudah bisa bergabung, di banyak pabrik, buruh-buruh yang mau bergabung dihalang-halangi oleg managemen, oleh satpam, bahkan banyak yang dihalang-halangi oleh pengurus serikatnya sendiri, sehingga kawan-kawan buruh ini mengirimkan sms ke kawan-kawan yang ikut aksi agar menjemput ke pabrik tempat mereka bekerja.

Korlap aksi, kawan Jumisih (yang juga koordinator FBLP-Forum Buruh Lintas Pabrik, sekaligus pimpinan nasional PPBI-Persatuan Pergerakan Buruh Indonesia), terus meminta pendapat massa aksi, pabrik-pabrik mana yang harus dijemput, dan massa buruh terus menyebut satu-persatu pabrik yang ada di KBN, yang masih melakukan produksi,dan kemudian didatangi oleh massa aksi,  sehingga hampir semua pabrik akhirnya menghentikan proses produksi, dan buruh pun menyatukan kekuatannya dalam satu barisan aksi massa.

Selama proses pemogokan massal ini berjalan, upaya-upaya untuk melemahkan pemogokan dilakukan oleh pimpinan-pimpinan serikat besar, bahkan dengan melakukan "ancaman" terhadap beberapa anggota dan pimpinan FBLP-PPBI, agar jangan coba-coba mengajak buruh-buruh yang menjadi anggotanya di pabrik-pabrik yang masih melakukan produksi, namun semangat massa aksi agar jangan ada satu pabrikpun yang beroperasi membuat"ancaman" ini diabaikan begitu saja, dan massa dibawah kepemimpinan kawan Jumisih terus bergerak ke pabrik yang satu ke pabrik yang lainnya (termasuk pabrik yang telah dijaga oleh serikat buruh besar), sehingga mayoritas pabrik pun akhirnya tutup, dan buruhnyapun bergabung dalam aksi pemogokan massal ini.

Menjelang siang, beberapa serikat buruh yang tegabung dalam Aliansi Buruh Menggugat ikut hadir dalam aksi pemogokan ini, seperti SBTPI dan SPOI, dan menyatukan diri dalam barisan massa buruh di KBN Cakung.

Memang di sempat beberapa pabrik,pagar-pagar pabrik didorong dan dirobohkan, juga ada diantaranya yang dilempar kaca dan tembok oleh massa aksi ini, namun pemicu utamanya karena pihak pengusaha dan managemen membohongi massa aksi dengan mengatakan bahwa buruh di pabrik tersebut sudah bergabung dalam aksi, dan tidak ada lagi yang bekerja, namun kenyataannya kawan-kawan buruh di pabrik ini mengirimkan sms ke kawan-kawan diluar, bahwa mereka masih didalam dan dilarang untuk terlibat dalam aksi pemogokan massal.

Sempat terjadi juga aksi saling pukul antara massa buruh dan pihak keamanan pabrik (yang beberapa diantaranya, keamanan pabrik ini dibantuk oleh serikat besar), dengan penyebab yang sama dan beberapa penyebab lain, yakni sikap angkuh dan arogan dari para petugas keamanan ini ketika berhadapan dengan massa aksi.

Di sore hari, pada saat penutupan aksi, kawan Jumisih menyatakan, bahwa dirinya sebagai Koordinator Forum Buruh Lintas Pabrik (FBLP) dan juga sekaligus Korlap Aksi, bertanggungjawab atas aksi ini, dan secara terbuka memberikan no hand phone nya ke pada massa aksi, agar jika ada persoalan yang muncul kemudian hari berkaitan dengan aksi ini, kawan-kawan buruh dapat segera menghubunginya, termasuk jika ingin belajar bersama, dan berjuang bersama.

Pasca aksi, kita semua melihat di media massa, tanpa punya rasa malu, pimpinan-pimpinan serikat yang tidak mendukung pemogokan ini, malah bertindak seolah-olah diriya (dan serikatnya) mendukung pemogokan, bahkan seolah-olah menjadi jubir dari aksi pemogokan ini. Di sisi lain, protes-protes mereka terhadap pemogokan tetap dilakukan melalui sms atau telp ke kawan-kawan yang menggorganisir pemogokan ini. Memang mereka ini bermuka dua.

Sudah tepat seruan yang dulu pernah disuarakan oleh Aliansi Buruh Menggugat “ saatnya kawan-kawan buruh untuk meninggalkan serikat buruh gadungan, dan membangun serikat buruh progressif “ agar tidak lagi perjuangan kaum buruh dilemahkan sendiri (bahkan bisa hancur) oleh pimpinan-pimpinannya, oleh serikatnya sendiri ( yang pengecut dan pamrih)

Dan saat tulisan ini dibuat, kawan-kawan buruh dari 32 pabrik di KBN Cakung, telah menghubungi FBLP-PPBI, untuk belajar bersama dan berjuang bersama ke depannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun