Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ramadan Pilihan

Fiksi Idulfitri: Pesan Rahasia Engkong

22 April 2023   19:54 Diperbarui: 22 April 2023   20:00 1240 32
Usai menyaksikan dan mendengar hasil sidang isbat tentang penentuan hari lebaran di televisi, Engkong menulis satu pesan di grup WA Majelis Rukun Gang Sapi.

"Majelis harus rapat darurat! Jika tidak, akan gawat! Warga Kita jangan sempat terpecah belah!"

Tak ada tanggapan atau balasan dari pesan itu. Grup membisu.

Ujung jempol Engkong memencet info pesan. Tiga belas anggota grup telah membaca pesan. Usai  menunggu jeda dua menit, masih tak ada pesan yang bisa dibaca. Akhirnya, Engkong memutuskan menulis pesan panjang.

UNDANGAN!

Hai para Tetua.
Dengan mengingat, menimbang hasil sidang isbat, serta usai mematikan televisi, aku mengajak semua tetua untuk segera rapat darurat!

Waktu: 5 Menit dari sekarang.
Tempat: Sekretariat Markun GS.
Agenda: Rapat Menyikapi Sidang Isbat.

Demikian. Harap dimaklumi.
Salam lagi!

Kordinator Markun GS
Ttd
Engkong


Engkong tersenyum menatap layar ponsel. Tak sampai hitungan detik usai pesan dikirim, tigabelas jempol bertubi-tubi muncul di layar ponsel.

Tigabelas anggota Markun GS sudah sangat mengerti. Bila ada tiga tanda seru pada undangan itu adalah sandi, bahwa undangan bukan sekadar undangan. Tapi level waspada.

Namun, jika terlihat tulisan Kordinator Markun GS dengan hutuf yang tercetak tebal di atas nama Engkong, itu tak hanya bermakna pesan. Tapi level awas berujung ancaman!

Rasakan!

Desis Engkong seraya berjalan mendekati pintu. Kemudian tertawa dalam bisu.

***

"Isbat ini kita sepakat!  Yang tidak salat Id besok, jaga mushala. Lusa, tinggal gantian! Fix, no debat!"

Seperti Bung Karno yang berpidato tentang Nawacita di hadapan anggota MPRS, suara Engkong terdengar jelas dan tegas pada rapat darurat Majelis Rukun Gang Sapi.

Pos Ronda yang sesak, seketika sunyi. Tiga belas kepala yang hadir pada rapat darurat usai sidang isbat, tanpa suara serentak anggukkan kepala.

Semua sepakat. Keputusan yang ditetapkan Engkong, sesuai dengan filosofi keberadaan Gang Sapi. Sebagai jalan tengah, dan pemersatu lintas batas tanah-tanah yang telah terpisah.

"Ada pertanyaan?"

Suara Engkong terdengar lembut. Wajah-wajah tegang saling melempar pandang.

"Ini tidak berlaku, jika ada perempuan yang lagi datang..."
"Ajak dan bujuk biar hadir!"
"Bagaimana dengan warga kita yang bukan..."
"Bantu jaga!"
"Tapi..."
"Tak ada tapi-tapian! Dengar isbatku tadi, kan? Semua warga! Yang tidak salat, tugasnya menjaga!"

Tiga pertanyaan beruntun terpangkas jawaban lugas. Engkong seperti penembak jitu Agaknya, ruh aktivis semasa kuliah yang sempat lama padam, menyala lagi.

Pos ronda kembali sunyi. Semua peserta rapat, memilih tak usah berbunyi.

"Kecuali tanaman dan hewan peliharaan. Itu pun karena tak tertera di kartu keluarga, kan?!"

Lagi. Suara Engkong bergema. Kali ini, dihiasi notasi tawa.

Bak gerbong panjang yang memuat para pemudik di Stasiun Senen, tigabelas jenis tawa berbeda, serta merta memenuhi rongga kosong yang disisakan udara.

"Tak usah lagi berdebat tentang isbat di atas isbat! Mari buktikan dengan pelaksanaan. Jika Markun GS is The Best! "

Begitulah! Rapat darurat menyikapi sidang isbat, berakhir dengan cepat.
***

Seperti pagi kemarin. Hari ini hanya tiga puluh menit, Gang Sapi dikuasai sepi. Alasannya jelas. Semua warga berhimpun di sekitar mushalla yang terletak di ujung gang.

Pun, seperti pagi kemarin. Sebagian warga berada di dalam mushalla, melaksanakan salat Id. Sebagian lain, yang kemarin sudah melaksanakan salat id, bergantian bertugas memantau kenyamanan jamaah.

Hal ini adalah solusi paling serasi, merujuk hasil isbat rapat darurat Majelis Rukun Gang Sapi. Tentu saja harus dipatuhi.

***
Layaknya timbangan etika: Yang muda lebih dulu meminta maaf kepada yang tua. Padahal yang tua punya peluang lebih banyak salah hingga dosa, karena hidup lebih lama.

Dengan alasan itu, usai salat dan khutbah Idul Fitri, banyak warga yang mencari keberadaan Engkong. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun