Beberapa wajah terpana.
"Kalian tahu? Tanpa ada darah yang menetes! Satu lagi, mulai dari dagu ke atas, mengeras!"
Semakin banyak wajah yang terpana.
"Saat ini, kalian sering melihat mobil yang mengangkut jenazah, kan? Tak semua orang mati bisa diangkut ambulan. Kalian harus tahu. Tak semua orang mati berada di mobil jenazah!"
Beberapa wajah menghilang.
"Kalian beruntung! Masih memiliki mata yang bisa terbuka. Dan, pagi ini bisa melihatku. Dua tangan yang bisa saling memangku. Serta dua kaki yang masih saling berdekatan. Sepertiku, kalian tak ingin jadi mayat hidup, kan?"
Semakin banyak wajah yang menghilang.
"Pulanglah! Titip salamku untuk orang yang kalian cintai!"
Lelaki itu menatap hampa. Menatapku. Satu wajah terakhir menelan tawa. Wajahku.
"Mereka hanya menonton. Atau, jejangan mereka tahu, obat yang kujual itu minyak jelanta?"
Jalanan kembali sepi. Pasar pagi sejak tadi sepi. Usai mengemas dagangan dengan rapi, temanku membilas nyeri.
"Kalau tak punya uang, kenapa ke pasar?"
"Mereka hanya butuh hiburan, kawan!"
Curup, 27.08.2021
Zaldy Chan